Purwokerto (Antara Bali) - Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, 80 persen penduduk negara berkembang dalam perawatan kesehatan primer bergantung pada pengobatan tradisional.
"Survei Kesehatan Nasional 2010 menunjukkan bahwa 59,12 persen penduduk kita merupakan konsumen jamu dan 95 persen memanfaatkan jamu," katanya dalam makalah berbahasa Inggris yang dibacakan Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Agus Purwadianto di Purwokerto, Kamis.
Agus membacakan makalah Menkes Nafsiah Mboi yang berjudul "Policy and Regulation of Jamu Development and The Way Forward" tersebut dalam "International Conference on Medicinal Plants 2012" yang diselenggarakan Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia (Pokjanas TOI) bersama Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto di Banyumas Room, Hotel Horison, Purwokerto.
Menurut dia, saat ini jamu harus dirangsang menjadi alternatif terkemuka guna meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, terutama penyakit degeneratif dan gangguan metabolisme, serta untuk tujuan rehabilitasi.
Oleh karena itu, kata dia, penelitian yang didasarkan pada layanan kesehatan merupakan program prioritas di Kementerian Kesehatan untuk menyinergikan dan mengintegrasikan jamu dalam sistem perawatan kesehatan.
Dalam hal ini, lanjutnya, perlu menciptakan inovasi seperti swasembada bahan baku obat (berdasarkan tanaman obat), pariwisata sehat dengan jamu, dan manusia sehat menghasilkan ekonomi yang sehat.
"Bapak Presiden telah meminta agar jamu dikembangkan, antara lain dengan cara menyinergikan dan mengintegrasikannya dalam sistem pelayanan kesehatan, kerja sama penelitian dan pengembangan jamu. Kementerian Kesehatan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan harus memfasilitasi produksi jamu berkualitas dengan menerapkan standardisasi," katanya.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Survei Kesehatan Nasional 2010 menunjukkan bahwa 59,12 persen penduduk kita merupakan konsumen jamu dan 95 persen memanfaatkan jamu," katanya dalam makalah berbahasa Inggris yang dibacakan Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Agus Purwadianto di Purwokerto, Kamis.
Agus membacakan makalah Menkes Nafsiah Mboi yang berjudul "Policy and Regulation of Jamu Development and The Way Forward" tersebut dalam "International Conference on Medicinal Plants 2012" yang diselenggarakan Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia (Pokjanas TOI) bersama Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto di Banyumas Room, Hotel Horison, Purwokerto.
Menurut dia, saat ini jamu harus dirangsang menjadi alternatif terkemuka guna meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, terutama penyakit degeneratif dan gangguan metabolisme, serta untuk tujuan rehabilitasi.
Oleh karena itu, kata dia, penelitian yang didasarkan pada layanan kesehatan merupakan program prioritas di Kementerian Kesehatan untuk menyinergikan dan mengintegrasikan jamu dalam sistem perawatan kesehatan.
Dalam hal ini, lanjutnya, perlu menciptakan inovasi seperti swasembada bahan baku obat (berdasarkan tanaman obat), pariwisata sehat dengan jamu, dan manusia sehat menghasilkan ekonomi yang sehat.
"Bapak Presiden telah meminta agar jamu dikembangkan, antara lain dengan cara menyinergikan dan mengintegrasikannya dalam sistem pelayanan kesehatan, kerja sama penelitian dan pengembangan jamu. Kementerian Kesehatan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan harus memfasilitasi produksi jamu berkualitas dengan menerapkan standardisasi," katanya.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012