Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Menkeu anggota G20, yakni Inggris, Australia, India, hingga Bank Pembangunan Asia (ADB) secara fisik dan virtual sehari sebelum perhelatan Pertemuan Ketiga Finance Minister and Central Bank Governor (FMCBG) dimulai.
"G20 tetap akan menjadi forum ekonomi premier seperti halnya pada 2008 dalam merespons krisis ekonomi, baik sekarang maupun di masa mendatang”, kata Sri Mulyani dalam keterangan resmi di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu.
Isu krisis pangan dan efek rambatan perang menjadi perhatian Menkeu Inggris Nadhim Zahawi, yang menilai perlu adanya solusi nyata untuk semua lapisan masyarakat dan pelaku bisnis yang saat ini terancam dampak inflasi tinggi, kenaikan harga pangan, serta energi.
Zahawi juga menggarisbawahi pentingnya menjaga perdagangan bebas dan menghindari pelarangan ekspor yang dapat memperburuk dampak konflik geopolitik. Dukungan penuh juga perlu diberikan terhadap bank dengan capital adequacy framework, khususnya untuk membantu negara-negara terbelakang.
Pembahasan krisis pangan turut menjadi salah satu agenda diskusi utama antara Menkeu Sri Mulyani, Menkeu India Nirmala Sitharaman, dan Menkeu Australia Jim Chalmers. Para Bendahara Negara tersebut mendiskusikan tantangan terhadap pemulihan yang belum selesai, antara lain krisis pangan yang terjadi akibat tensi geopolitik yang belum mereda.
Menurut Nirmala, salah satu kawasan yang merasakan dampak signifikan adalah kawasan Afrika, mengingat ketergantungan negara-negara Afrika kepada Ukraina sebagai pemasok bahan pangan di negaranya, sehingga diperlukan pembahasan oleh pemimpin dunia secara mendalam.
Khusus mengenai Presidensi G20 Indonesia, Menkeu Sri Mulyani dan Menkeu Nirmala juga sepakat G20 harus mengkomunikasikan dengan baik kepada masyarakat global.
Adapun pembahasan mengenai akses dan ketersediaan vaksin menjadi diskusi bersama Menkeu Nirmala dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022