Oleh I Ketut Sutika

Denpasar (Antara Bali) - Kayu gelondongan atau akar-akaran pepohonan besar diolah menjadi karya seni mempunyai nilai ekonomis tinggi yang sangat disenangi konsumen mancanegara.

Seniman dan perajin Bali menjadikan berbagai jenis kayu dan akar-akaran itu sebagai bahan baku pembuatan patung dan aneka jenis cindera mata yang unik dan menarik, sehingga sentuhan tangan-tangan terampil itu mampu menembus pasaran ekspor.

I Ketut Muja (67), seorang seniman pembuat patung asal Desa Mukti, Singapadu, Kabupaten Gianyar, misalnya khusus membuat patung dari bahan akar-akaran kayu, sehingga karya yang dihasilkan sangat bervariasi selama ini sangat diminati wisatawan mancanegara dalam berliburan ke Pulau Dewata.

Kaya seni yang dihasilkan itu sangat tergantung dari pesan dan kesan sebuah akar kayu untuk selanjutnya diolah menjadi sebuah karya seni, karena masing-masing akar kayu itu sudah dibentuk oleh alam dan mempunyai ideologi untuk menghasilkan sebuah karya seni.

Ayah dari enam putra-putri yang sudah menggeluti pembuatan patung khusus dari bahan akar-akaran sejak setengah abad itu, mewarisi keterampilan membuat karya seni itu dari orang tuanya sendiri.

Bahan baku didatangkan dari berbagai tempat di Bali, termasuk mendatangkan akar-akaran dari Pulau Jawa, terutama akar pohon jati dan gintungan dalam proses penggarapan untuk menjadi sebuah karya seni mengikuti kondisi akar kayu yang telah dibentuk oleh alam.

Proses produksi cukup cepat, namun membutuhkan waktu cukup lama untuk mempelajari ideologi dari akar-akaran kayu tersebut. Jika pesan dari akar itu sudah diketahui, proses produksi yang dikerjakan seorang diri tidak lebih dari dua minggu, bahkan akar yang berukuran tinggi empat meter lebar dua meter dapat dirampungkan dalam waktu setahun.

Sosok pria yang pernah menggelar pameran di berbagai tempat, merupakan salah seorang dari ratusan, bahkan ribuan perajin dan seniman Bali yang ikut terlibat dalam usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga.

Kerajinan dari bahan baku kayu merupakan paling menonjol diantara 17 jenis usaha industri kecil dan kerajinan yang berkembang pesat hingga pelosok pedesaan Pulau Dewata.

Menurut Kepala Biro Humas Pemprov Bali, I Ketut Teneng, ekspor kerajinan patung dan aneka jenis cindera mata lainnya berbahan baku kayu dari Bali sebesar 47,82 juta dolar AS selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2012, naik 31,03 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 36,49 juta dolar AS.

Demikian pula dari segi volume pengapalan mata dagangan bernilai ekonomi itu berambah 52,51 persen dari 19,82 juta unit pada periode Januari-Juli 2011 menjadi 30,22 juta unit pada periode yang sama 2012.

Kerajinan kayu itu mampu memberikan kontribusi sebesar 16,89 persen dari total ekspor Bali secara keseluruhan yang mencapai 283,11 juta dolar AS. Hasil sentuhan tangan-tangan perajin dan seniman Bali itu menembus pasaran luar negeri, terutama sepuluh negara terbanyak meliputi Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Australia, Hongkong, Italia, Belanda, Taiwan, Inggris dan Prancis.


Perkembangan seni patung

Dr Tjok Udiana N.P, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengulas perkembangan seni patung di Bali, mulai dari era klasik hingga kontemporer.

Selain menelisik perubahan-perubahan tematik dan bentuk yang dimunculkan para pematung melalui karya-karyanya, juga mencoba menelaah dinamika sosial-budaya yang menyertainya.

Karya-karya patung akan membangun capaian teknik dan estetik dari karya seni pada era komunal agraris dengan patung-patung hasil ciptaan seniman modern yang lebih mengedepankan semangat individual.

Karya patung tersebut menggunakan berbagai material antara lain kayu, kertas daur ulang, termasuk berbahan metal serta kombinasi yang menghasilkan karya-karya beragam tematik, baik bernilai tradisi maupun kontemporer.

Bali pernah memiliki sejumlah seniman patung yang dikenal dunia internasional antara lain almarhum I Nyoman Tjokot, IB Nyana, I Wayan Pendet, dan IB Tilem.

Mereka masing-masing memiliki spirit mencipta dan inovasi dalam membuat karya seni. Seni patung Bali dewasa ini cenderung identik dengan pasar dan industri pariwisata yang marak dengan karya kerajinan yang diproduksi secara massal, tutur Tjok Udiana, lulusan terbaik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada (2002).

Wadah Komunitas Pematung Bali-Indonesia Sculptors Association (BIASA) kini menghimpun lebih dari 75 seniman patung otodidak dan akademis dinilai sangat berperan dalam menggelar pameran di tingkat lokal Bali, nasional maupun dunia internasional.

Wadah para seniman yang dibentuk Ida Bagus Alit SE itu dibentuk sepuluh tahun silam sudah puluhan kali menggelar pameran, termasuk di galeri dan museum Singapura, Jepang dan Amerika Serikat.

Berkat promosi itu, di samping perkembangan sektor pariwisata yang cukup pesat di Bali menjadikan patung hasil sentuhan seniman dan perajin Bali mampu menopang perolehan ekspor non migas Bali.(*/ADT)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012