Negara (Antara Bali) - Pemkab Jembrana mendirikan Unit Pengolahan Hasil (UPH) untuk produksi pertanian kakao, karena kabupaten ini memiliki potensi yang besar di sektor tersebut, meskipun saat ini tanaman kakao tengah diserang penyakit ganas.

"Saya minta penyuluh lapangan bidang pertanian, untuk terus mendampingi petani kakao yang saat ini diserang hama dan penyakit," kata Wakil Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, saat meresmikan UPH tersebut, Kamis.

Menurut Kembang, sebelum diserang hama dan penyakit, produksi kakao di Jembrana merupakan yang terbesar kedua di Bali sehingga menjadi salah satu komoditi unggulan.

"Produksi kakao disini terus menurun selama lima tahun terakhir, tapi saudara-saudara petani perlu tahu kalau pemerintah terus berusaha mencarikan jalan keluar persoalan ini," ujar Kembang.

Ia mengungkapkan, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah antara lain dengan mendorong petani untuk melakukan peremajaan tanaman, rehabilitasi lahan maupun intensifikasi.

Kembang berharap, adanya UPH yang dibangun dengan biaya Rp155.450.000 ini bisa bermanfaat bagi petani untuk meningkatkan kualitas kakao keringnya.

Selain meresmikan UPH, pemkab juga memberikan bantuan peralatan pangkas pohon, pupuk, obat-obatan pembasmi hama dan uang pemeliharaan Rp750 ribu untuk tiap hektare lahan kakao.

Petani kakao di Kabupaten Jembrana saat ini tengah prihatin, karena serangan hama dan penyakit yang membuat buah kakao tidak bisa dipanen.

Ketut Dwi Antara, salah seorang petani kakao di Desa Candikusuma mengatakan, berbagai upaya sudah ia lakukan namun tidak membuahkan hasil.

Lahan kakao miliknya, yang dulunya bisa menghasilkan 50 kilogram kakao kering tiap bulan, kini turun menjadi 10 kilogram perbulan.(GBI/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012