Perajin batik tulis di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menyiapkan motif Corona, sebagai salah satu motif batik yang hendak dipamerkan untuk memeriahkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan digelar di Bali pada November 2022.
"Selain batik dengan motif Corona, jenis motif batik lain yang juga akan dibawa ke Bali di KTT G20 itu, batik motif kembang tujuh rupa," kata perajin batik di Dusun Podhek, Desa Rangperang Daya, Kecamatan Palengaan, Hadi di Pamekasan, Madura, akhir pekan ini.
Motif batik Corona yang akan dipamerkan dan menjadi seragam delegasi KTT G20 di Bali itu, karena dirinya ingin menampilkan nuansa berbeda.
"Nuansa berbeda yang kami maksud, dari sebelumnya Corona itu menakutkan, menjadi sesuatu yang biasa, bahkan menyejukkan," katanya.
Baca juga: Menparekraf: Endek Bali kian populer di dunia
Dusun Podhek, Desa Rangperang Daya, Kecamatan Palengaan, ini merupakan satu dari 38 sentra batik tulis yang ada di Kabupaten Pamekasan.
Di dusun ini ada 200 perajin batik tulis dengan jumlah pengusaha 26 orang.
Selain perajin, Hadi juga merupakan pengusaha yang memiliki enam pekerja.
Pemkab Pamekasan menunjuk perajin batik tulis di Dusun Podhek, Desa Rangperang Daja, Kecamatan Palengaan, sebagai pemasok batik tulis yang akan dipamerkan di KTT G20.
Menurut Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Pamekasan Budi Bachtiar, penunjukan perajin batik asal Dusun Podhek itu, karena mereka biasa memproduksi batik tulis premium.
"Di Pamekasan ini, perajin batik tersebar di 11 kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di kabupaten ini. Tapi perajin batik yang biasa memproduksi batik premium kebanyakan dari Dusun Podhek," katanya.
Selain itu, batik asal Dusun Podhek, Desa Rangperang Daya, itu juga telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, karena biasa mengikuti pameran di tingkat nasional.
Baca juga: Bupati siap wujudkan Karangasem jadi sentra produksi kapas di Bali
Pada Tahun 2016, perajin batik asal dusun ini dipercaya membuat batik Sri Sultan Hamengkubuwono X, bahkan seorang perajin batik senior bernama Taslimah (90) pernah meraih penghargaan pada 2018 dari Yayasan Batik Indonesia.
Menurut Hadi, harga batik premium berbeda dengan harga batik tulis biasa, karena membutuhkan proses yang lama, antara dua hingga empat bulan, bahkan ada yang mencapai enam bulan.
"Minimal dua bulan, dan kalau bolak-balik, luar dan dalam dibatik, maka bisa lebih dari enam bulan," kata Hadi.
Karena itu, ia membagi harga batik tulis premium dalam tiga kelas, yakni antara Rp1-3 juta, lalu Rp3 hingga 6 juta dan antara Rp6 hingga Rp12 juta.
"Kalau batik tulis biasa, hanya ratusan ribu saja, tidak sampai jutaan," katanya.
Batik tulis hasil kerajinan warga Pamekasan ini akan menjadi seragam delegasi KTT G20 atas permintaan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno setelah melihat langsung acara "Pamekasan Fashion Week (PFW)" yang digelar April 2022.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Selain batik dengan motif Corona, jenis motif batik lain yang juga akan dibawa ke Bali di KTT G20 itu, batik motif kembang tujuh rupa," kata perajin batik di Dusun Podhek, Desa Rangperang Daya, Kecamatan Palengaan, Hadi di Pamekasan, Madura, akhir pekan ini.
Motif batik Corona yang akan dipamerkan dan menjadi seragam delegasi KTT G20 di Bali itu, karena dirinya ingin menampilkan nuansa berbeda.
"Nuansa berbeda yang kami maksud, dari sebelumnya Corona itu menakutkan, menjadi sesuatu yang biasa, bahkan menyejukkan," katanya.
Baca juga: Menparekraf: Endek Bali kian populer di dunia
Dusun Podhek, Desa Rangperang Daya, Kecamatan Palengaan, ini merupakan satu dari 38 sentra batik tulis yang ada di Kabupaten Pamekasan.
Di dusun ini ada 200 perajin batik tulis dengan jumlah pengusaha 26 orang.
Selain perajin, Hadi juga merupakan pengusaha yang memiliki enam pekerja.
Pemkab Pamekasan menunjuk perajin batik tulis di Dusun Podhek, Desa Rangperang Daja, Kecamatan Palengaan, sebagai pemasok batik tulis yang akan dipamerkan di KTT G20.
Menurut Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Pamekasan Budi Bachtiar, penunjukan perajin batik asal Dusun Podhek itu, karena mereka biasa memproduksi batik tulis premium.
"Di Pamekasan ini, perajin batik tersebar di 11 kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di kabupaten ini. Tapi perajin batik yang biasa memproduksi batik premium kebanyakan dari Dusun Podhek," katanya.
Selain itu, batik asal Dusun Podhek, Desa Rangperang Daya, itu juga telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, karena biasa mengikuti pameran di tingkat nasional.
Baca juga: Bupati siap wujudkan Karangasem jadi sentra produksi kapas di Bali
Pada Tahun 2016, perajin batik asal dusun ini dipercaya membuat batik Sri Sultan Hamengkubuwono X, bahkan seorang perajin batik senior bernama Taslimah (90) pernah meraih penghargaan pada 2018 dari Yayasan Batik Indonesia.
Menurut Hadi, harga batik premium berbeda dengan harga batik tulis biasa, karena membutuhkan proses yang lama, antara dua hingga empat bulan, bahkan ada yang mencapai enam bulan.
"Minimal dua bulan, dan kalau bolak-balik, luar dan dalam dibatik, maka bisa lebih dari enam bulan," kata Hadi.
Karena itu, ia membagi harga batik tulis premium dalam tiga kelas, yakni antara Rp1-3 juta, lalu Rp3 hingga 6 juta dan antara Rp6 hingga Rp12 juta.
"Kalau batik tulis biasa, hanya ratusan ribu saja, tidak sampai jutaan," katanya.
Batik tulis hasil kerajinan warga Pamekasan ini akan menjadi seragam delegasi KTT G20 atas permintaan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno setelah melihat langsung acara "Pamekasan Fashion Week (PFW)" yang digelar April 2022.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022