Pandemi COVID-19 telah menuju titik akhir setelah sekian lama menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Meski wabah tersebut memberikan dampak merugikan yang signifikan terhadap masyarakat, terutama bagi pelaku pariwisata, pelaku ekonomi kreatif, dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), di sisi lain tetap ada pelajaran yang dapat diambil.
Misalnya, kehadiran pagebluk itu memperlihatkan betapa pentingnya peran masyarakat dalam mewujudkan pariwisata baru yang berkelanjutan dan berkualitas.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menganggap isu penguatan masyarakat sebagai agen perubahan transformasi pariwisata berkualitas dan berkelanjutan perlu dikembangkan melalui pembahasan dalam sejumlah forum tingkat internasional.
Salah satunya ialah Tourism Working Group (TWG) 1 yang menjadi rangkaian Presidensi G20 Indonesia 2022.
Para delegasi yang hadir dalam acara TWG 1 diberikan kesempatan menyampaikan langkah atau strategi konkret berdasarkan best practice yang dapat dikerjasamakan antar negara anggota G20.
Hal tersebut ditujukan untuk memastikan sumber daya manusia pariwisata teredukasi secara optimal, serta keterampilan meningkat seiring arus digitalisasi yang semakin maju dengan tetap memperhatikan aspek-aspek pariwisata berkelanjutan.
Upaya penguatan masyarakat di sektor pariwisata berpusat kepada lima pilar aksi (line of action) yang menjadi fokus utama dalam forum TWG 1.
1. modal manusia (human capital) dengan tujuan melihat kebutuhan pasar, manajemen talenta, pendidikan, pengembangan keterampilan, serta kebijakan sekaligus praktik untuk menciptakan pekerjaan yang baru dan bernilai tambah (added value).
2. berfokus memacu inovasi masyarakat lokal, menciptakan infrastruktur dan keterampilan yang diperlukan untuk digitalisasi, menghubungkan wilayah perkotaan maupun pedesaan dengan menjadikan sektor ekonomi kreatif sebagai pendorong guna meningkatkan rantai nilai pariwisata, daya saing UMKM, serta daya tarik wisata.
3. fokus memberdayakan peran perempuan dan kalangan muda di komunitas lokal sebagai yang terdepan dalam penyusunan kebijakan atau bisnis maupun penciptaan inovasi. Serta, peran penting pendidikan dan keterampilan untuk mempromosikan inklusi penuh bagi kedua kelompok tersebut.
4.mengembangkan model baru yang mentransformasi kegiatan pariwisata guna mempercepat kemajuan menuju keberlanjutan (sustainabillity), net zero growth (keseimbangan gas rumah kaca), menangani penggunaan energi, lahan, air, dan sumber makanan bagi industri pariwisata, serta mengurangi emisi karbon di sepanjang komponen rantai nilai yang beragam.
5. berfokus kepada kebutuhan membuat kebijakan pariwisata yang holistik dan kondisi investasi serta model tata kelola yang memadai.
Pasca mengikuti beberapa kegiatan dalam TWG 1 selama 10-11 Mei 2022, para delegasi G20 sepakat menciptakan iklim pariwisata berkelanjutan dengan menghadirkan antara lain pembiayaan internasional dalam upaya transformasi menuju iklim tersebut, sehingga sektor pariwisata dapat berkontribusi lebih signifikan untuk meningkatkan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian alam.
“Pandemi COVID-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat global akan pentingnya menumbuhkan aksi iklim atau lingkungan pariwisata yang sehat, mengembangkan ekonomi sirkular, serta peningkatan konservasi keanekaragaman hayati guna menjaga kelestarian bumi,” ungkap Chair of Tourism Working Group Frans Teguh di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Delegasi G20 sepakat ciptakan iklim pariwisata berkelanjutan
Menurut dia, keberhasilan pariwisata tak hanya diukur dalam jumlah pengunjung saja, tetapi juga berfokus pada dampak positif yang bisa diberikan sektor tersebut terhadap peningkatan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian alam.
Berdasarkan penelitian World Tourism Organization (UNWTO) di bulan Desember 2019, lanjutnya, sektor pariwisata diperkirakan bakal meningkatkan emisi karbon sekitar 25 persen pada tahun 2030.
Karena itu, para delegasi sepakat untuk mengatasi hal tersebut melalui pendanaan guna menciptakan iklim pariwisata berkelanjutan.
Melalui pembiayaan internasional dinilai juga dapat meningkatkan kuantitas transportasi rendah karbon di sektor pariwisata yang akan berdampak positif terhadap kelestarian alam sehingga dapat dirasakan secara jangka panjang oleh masyarakat.
Para delegasi G20 menekankan pula terkait urgensi transparansi dampak lingkungan yang lebih baik di sektor pariwisata, terutama dalam hal pemantauan jejak karbon di sektor tersebut.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan pihaknya bakal memanfaatkan momentum G20 untuk menyuarakan inisiatif pariwisata berkelanjutan sekaligus mempromosikan ekowisata Indonesia melalui program Carbon Footprint Calculator (CFPC).
Kata dia, program CFPC merupakan upaya penyerapan jejak karbon yang dihasilkan industri pariwisata demi membantu mencegah dampak buruknya terhadap iklim.
Karbon kalkulator akan menghitung seberapa besar emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas seseorang wisatawan dari dan ke destinasi wisata tertentu.
Misalnya, dirinya hendak menuju Bali dari New York di Amerika Serikat menggunakan pesawat kelas ekonomi. Berdasarkan perhitungan kalkulator karbon, maka Menparekraf harus menanam 20 pohon sebagai bentuk pelunasan karbon (carbon offset) dari karbon yang dikeluarkan pesawat.
Pelunasan karbon dengan menanam pohon adalah implementasi dari upaya mengurangi emisi karbon yang dirilis ke atmosfer, lalu dilunasi dalam jumlah yang sama. Hal ini ditujukan untuk menciptakan ruang hijau yang lebih luas sehingga dapat memperbaiki kualitas udara.
“Nanti diberikan opsi di destinasi seperti Bali untuk menanam mangrove, mungkin di desa wisata Pemuteran di Buleleng atau kita bisa menanam pohon di Danau Batur. Ini adalah program-program kita untuk melakukan offset atau donasi melalui penanaman pohon dan juga bisa mangrove, maupun kegiatan lainnya,” ucapnya.
Baca juga: Sandiaga siap manfaatkan G20 untuk suarakan pariwisata berkelanjutan
Program CFPC dianggap menjadi bukti konkret atas peran Indonesia guna mencapai target Nationally Determined Contribution/NDC (komitmen dan aksi iklim) di tahun 2030 dengan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan kemampuan dari dalam negeri dan 41 persen dari dukungan internasional.
Agenda tersebut diharapkan pula dapat mencapai target Net Zero Emission/NZE (nol emisi karbon) di tahun 2060.
Menjelang Tourism Working Group ke-2
Pertemuan TWG yang kedua akan dilaksanakan secara luring di Bali pada 23 September 2022. Dalam kesempatan itu, substansi dari “Bali Guidlines” akan dibahas dan dilanjutkan saat pertemuan Tourism Ministerial Meeting pada 26 September 2022.
Seperti diketahui, penyusunan “Bali Guidlines” menjadi salah satu outcome document dari pelaksanaan TWG yang dinilai akan memberikan kontribusi dalam pemulihan ekonomi global dengan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai fokus utama, serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan lebih luas.
Penyusunan guideline dilakukan melalui survei yang telah dikirimkan oleh Kemenparekraf kepada negara-negara G20.
Dalam survei tersebut, setiap negara G20 diminta memberikan best practices dari lima pilar aksi (line of actions) yang dijadikan dasar penyusunan draft pedoman mengingat pendekatan dari tiap negara dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19 berbeda. Sehingga, solusi dan kebijakan dari negara-ngara G20 menjadi dasar dalam penyusunan draft pedoman.
Melalui rangkaian TWG, Sandiaga mengharapkan 80 persen ekonomi dunia pulih berkat keterlibatan negara G20 menyusun kesepakatan bersama untuk pemulihan pariwisata global.
Bagi Menparekraf, tantangan masa depan di sektor pariwisata dapat dihadapi dengan pendekatan multi pemangku kepentingan terhadap pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan.
Lalu, memperkuat peran masyarakat sebagai agen perubahan, dan merancang cara untuk memastikan pergerakan wisatawan yang aman selama pandemi dan pasca pandemi.
Baca juga: Wagub Bali dukung pertemuan "Global Tourism Forum 2022"
Mengingat berbagai aktivitas telah berjalan normal berkat relaksasi kebijakan protokol kesehatan, seperti kewajiban PCR dan antigen yang sudah dicabut serta pelonggaran penggunaan masker, upaya menuju pariwisata berkualitas serta berkelanjutan di Indonesia kian lebih mudah.
Para investor yang hendak berinvestasi dalam sektor pariwisata tidak perlu khawatir terhadap ancaman penularan virus COVID-19 di tanah air karena secara umum masyarakat telah melakukan vaksinasi.
Lebih dari itu, program vaksinasi dan pengendalian COVID-19 di Indonesia telah diakui dunia dan menjadi best practice yang berdampak pada mulai meningkatnya perekonomian. Kemudian, 11.968 usaha pariwisata di 34 provinsi juga telah tersertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability).
Adanya program Desa Wisata juga menjadi peluang bagi para pemangku kepentingan, mulai dari masyarakat setempat hingga pelaku usaha, untuk memperoleh keuntungan dari segi ekonomi.
Contohnya, Desa Wisata Penglipuran di Bali telah menghasilkan pendapatan lebih dari 1,45 juta dolar AS pada tahun 2020.
Dengan rangkaian pertemuan G20 di Indonesia, Pemerintah bisa memanfaatkan perhelatan tersebut guna mempromosikan wisata maupun produk lokal unggulan kepada dunia sehingga Indonesia kian dikenal sebagai negara yang siap mewujudkan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022