Yayasan Puri Kauhan Ubud Bali bersama sejumlah pihak melaksanakan aksi bersih-bersih sumber air suci (patirtan) dari sampah di area Danau Batur, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Bali, menjelang perhelatan G20.
"Kegiatan bersih-bersih sampah yang di Bali dikenal dengan nama 'mareresik', dilakukan di Patirtan Pelisan (Pancoran Solas) dan Patirtan Rejeng Anyar," kata Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Anak Agung Ngurah Ari Dwipayana di Kintamani, Bangli, Minggu.
Aksi itu dilakukan bersama dengan puluhan personel Komando Resor Militer 163/Wira Satya Denpasar, pihak Polri, DPP Peradah Bali, Universitas Hindu Indonesia (UNHI) dan Forum Lingkar Studi Batur.
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud bahas Sampah Pura
Menurut Ari, upaya menyelesaikan masalah sampah yang sudah menjadi permasalahan global tidak bisa hanya dilihat dari segi penanganan di hilir dengan beban permasalahan kompleks.
Permasalahan sampah, kata dia, juga harus dilihat secara menyeluruh dengan juga memperhatikan penanganan yang sebenarnya ada di hulu yakni di danau dan sumber air.
Koordinator Staf Khusus Presiden itu juga memaparkan bahwa salah satu hal yang sangat penting dalam penanganan sampah adalah tentang budaya masyarakat untuk mulai mengelola (sampah) dari rumah.
"Kalangan rumah tangga dapat memulainya (penanganan sampah) dari memisahkan antara sampah organik dan anorganik yang dapat diolah lagi menjadi kompos," kata dia.
Baca juga: Kemendagri dukung daur ulang untuk atasi sampah di Bali
Bukan hanya itu saja, pengelolaan sampah dapat juga dilakukan di tataran desa adat di kawasan hulu termasuk pula dapat dilakukan di pura-pura yang ada di Pulau Dewata.
Sementara itu, Danrem 163/ Wirasatya, Brigjen TNI Choirul Anam mengatakan kegiatan tersebut merupakan puncak dari bersih-bersih sumber air yang sudah rutin dilaksanakan.
"Kami selalu bersama dengan rakyat dalam mengatasi berbagai kesulitan yang ada. Kegiatan ini salah satu komitmen TNI untuk terus bersama dengan rakyat. Semua pihak harus berupaya maksimal mendukung program tersebut," papar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Kegiatan bersih-bersih sampah yang di Bali dikenal dengan nama 'mareresik', dilakukan di Patirtan Pelisan (Pancoran Solas) dan Patirtan Rejeng Anyar," kata Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Anak Agung Ngurah Ari Dwipayana di Kintamani, Bangli, Minggu.
Aksi itu dilakukan bersama dengan puluhan personel Komando Resor Militer 163/Wira Satya Denpasar, pihak Polri, DPP Peradah Bali, Universitas Hindu Indonesia (UNHI) dan Forum Lingkar Studi Batur.
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud bahas Sampah Pura
Menurut Ari, upaya menyelesaikan masalah sampah yang sudah menjadi permasalahan global tidak bisa hanya dilihat dari segi penanganan di hilir dengan beban permasalahan kompleks.
Permasalahan sampah, kata dia, juga harus dilihat secara menyeluruh dengan juga memperhatikan penanganan yang sebenarnya ada di hulu yakni di danau dan sumber air.
Koordinator Staf Khusus Presiden itu juga memaparkan bahwa salah satu hal yang sangat penting dalam penanganan sampah adalah tentang budaya masyarakat untuk mulai mengelola (sampah) dari rumah.
"Kalangan rumah tangga dapat memulainya (penanganan sampah) dari memisahkan antara sampah organik dan anorganik yang dapat diolah lagi menjadi kompos," kata dia.
Baca juga: Kemendagri dukung daur ulang untuk atasi sampah di Bali
Bukan hanya itu saja, pengelolaan sampah dapat juga dilakukan di tataran desa adat di kawasan hulu termasuk pula dapat dilakukan di pura-pura yang ada di Pulau Dewata.
Sementara itu, Danrem 163/ Wirasatya, Brigjen TNI Choirul Anam mengatakan kegiatan tersebut merupakan puncak dari bersih-bersih sumber air yang sudah rutin dilaksanakan.
"Kami selalu bersama dengan rakyat dalam mengatasi berbagai kesulitan yang ada. Kegiatan ini salah satu komitmen TNI untuk terus bersama dengan rakyat. Semua pihak harus berupaya maksimal mendukung program tersebut," papar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022