Hong Kong (Antara Bali/Medianet-International-Asianet) - Kelompok pro-pembangunan mengatakan para pegiat ingin lebih banyak 'pita hijau' yang akan menekan marjin dan mematikan pertumbuhan.

LSM yang pro-pembangunan World Growth telah menyampaikan teguran keras mengenai kebijakan yang didukung oleh organisasi lingkungan hidup seperti WWF dan Greenpeace yang ingin membebankan biaya yang lebih tinggi pada produsen pulp dan pengelola hutan pada saat ekonomi global sedang lemah dan pasar komoditas rapuh.

Duta Besar Ketua World Growth Alan Oxley mengatakan bahwa kampanye oleh LSM Lingkungan Hidup bertujuan agar perusahaan mengadopsi standar sertifikasi yang mereka dukung, mengancam akan menaikkan harga ketika pasar pulp dan kayu tengah berjuang.

Duta Besar Oxley membuat pernyataan berikut pada acara industri pulp dan kertas di Hong Kong hari ini sambil meluncurkan laporan baru mengenai dampak kebijakan Barat tentang kehutanan di negara berkembang.

"Produsen pulp dan kayu tengah berjuang dengan kejatuhan harga. Marjin untuk produsen pulp dan kayu sedang ditekan. Produsen kertas dihadapkan dengan permintaan datar yang dapat menyebar dari AS dan Uni Eropa ke pasar negara berkembang."

"Respon dari Greenpeace dan WWF terhadap badai ekonomi ini adalah membebankan biaya yang lebih tinggi pada perusahaan di sektor kehutanan, pulp dan kertas."

"Mereka meminta perusahaan untuk membayar secara efektif dukungan keberlanjutan terlalu mahal mereka yang dikenal sebagai sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC)."

"Sedikit sekali eksportir di pasar ekspor utama mampu membayar cap persetujuan Greenpeace. Rimbawan berskala kecil bahkan kurang mampu memperoleh sertifikasi FSC."

"Langkah-langkah ini akan merugikan industri kehutanan di negara berkembang."

"Pendukung FSC mengklaim bahwa itu merupakan 'standar terbaik' bagi sertifikasi hutan dan mendukung pembangunan berkelanjutan."

"Namun, laporan baru kami menunjukkan bahwa FSC penuh dengan kelemahan tata kelola dan kurang transparan. Ia memiliki bias terhadap produsen komoditas, terutama di pasar negara berkembang."

"Analisa menunjukkan bahwa upaya memaksakan jenis tindakan ini pada negara-negara pengekspor akan berdampak besar terhadap ekonomi, termasuk penurunan nilai tambah hampir 9 persen dan penurunan lapangan kerja di sektor kehutanan sekitar 12 persen."

"Ini merupakan cara untuk menginspirasi pemulihan ekonomi."

Baca laporan baru World Growth di sini: http://worldgrowth.org/site/wp-content/uploads/2012/09/WG_FSC_SEP12.pdf

Untuk menghubungi World Growth:
email: info@worldgrowth.org
atau telepon +61 3 9614 0411

SUMBER: World Growth
(Press release/ADT/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012