Denpasar (Antara Bali) - Akademisi dari Universitas Udayana Dr Luh Kartini mendorong pelaku pariwisata dapat menciptakan perdagangan yang adil dalam pemasaran produk-produk pertanian di Pulau Dewata.

"Petani selama ini cenderung mati kutu karena panjangnya rantai perdagangan yang harus dilalui untuk memasarkan produk pada industri pariwisata," kata akademisi dari Fakultas Pertanian Unud itu, di Denpasar, Selasa.

Langkah konkret perdagangan yang adil, kata dia, dengan adanya fasilitator yang mampu menjembatani antara petani dengan pengusaha pariwisata. Keuntungan didapat dari hasil fasilitasi itu.

"Keuntungan dihitung berdasarkan biaya layak petani dan semua harus berlaku jujur. Harga pun bisa stabil dan pengusaha mendapatkan produk yang sesuai kebutuhan karena petani sudah diberikan sentuhan teknologi lewat pendampingan," ujarnya.

Masalahnya, kata dia, adakah komitmen pemerintah maupun pengusaha pariwisata untuk memperpendek rantai perdagangan? "Kalau rantainya masih panjang, tentu saja petani dihadapkan pada harga yang murah dan konsumen mendapatkan harga tinggi," katanya.

Sementara itu Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali Prof Dr  Nyoman Suparta mengatakan pertanian di Bali perlu dikembangkan dengan menekan pihak hotel dan restoran sehingga bisa memberikan nilai tambah kepada petani lokal serta mampu mensejahterahkan petani subak.

"Kendalanya adalah ketika produk petani tidak lancar dipasarkan, hotel seringkali menggunakan standar ganda yaitu mendapat harga yang lebih murah dari harga jual petani sehingga produk petani tidak terserap," katanya.(LHS/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012