Oleh Siri Antoni

Impian seorang bidan PTT (pegawai tidak tetap) sebenarnya tidak muluk-muluk, yakni asal mereka memiliki status jelas (PNS) dalam mengabdikan diri untuk membantu kesehatan masyarakat.

Impian itu yang tampaknya menjadi pendorong semangat bagi para bidan PTT untuk tetap mengabdikan dirinya meskipun status mereka tidak jelas.

Bayangkan, jangankan untuk berharap bisa segera menjadi PNS, sebagian di antara bidan PTT itu ternyata tidak masuk dalam database atau basis data untuk tenaga honorer.

Padahal jika masuk dalam database maka peluang mereka lebih besar untuk menjadi PNS.

Namun, kondisi itu tidak mematahkan semangat mereka untuk mengabdi meskipun mereka bekerja pada lokasi yang jauh terpencil dengan keterbatasan berbagai prasarana dan sarana umum.

Salah satunya adalah Nuryanti, seorang bidan desa PTT yang mengabdi selama enam tahun di daerah sangat terpencil, Jorong Talantam, Nagari Ulang Aling Selatan, Kecamatan Sangir Batanghari, Solok Selatan.

"Saya sudah enam tahun menjalankan tugas melayani masyarakat Talantam dan sekitarnya. Hingga kini masih menumpang di rumah warga," tutur perempuan satu anak itu.

Dia berharap, ada rumah dinas bidan desa yang disiapkan pemerintah daerah, sehingga bisa tempat tinggal lebih nyaman bersama anggota keluarga.

Tinggal di rumah masyarakat bukan berarti tidak nyaman dan senang, tapi ruang gerak akan terbatas termasuk dalam memberi pelayanan kesehatan.

Perempuan keturunan Jawa itu, mengaku menyenangi melayani masyarakat di daerah sangat terpencil tersebut, hanya saja fasilitas dan sarana prasarana jauh dari memadai.

Melayani kesehatan masyarakat melalui transportasi sungai dengan jasa mesin tempel melintasi aliran sungai Batanghari itu.

Jika hendak menuju pusat ibukota kabupaten di Padang Aro, harus menempuh jalan tanah sekitar tujuh kilometer yang bergelombang dan melintasi hutan dan kebun rakyat.

"Kita punya kendaraan roda dua, tapi terpaksa dititipkan pada jasa penitipan kendaraan di seberang sungai Batanghari. Bayaran jasa penitipan sepeda motor Rp3.000/malam," ujarnya.

Sebab, tak mungkin kendaraan dibawa ke tempat tinggal di Jorong Talantam, menuju ke sana melalui transportasi sungai, naik mesin tempel dan jarak relatif jauh, tentu bertambah lagi ongkos.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012