Founder dan Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Harry Sufehmi menilai masyarakat Indonesia telah bangkit untuk melawan hoaks tentang COVID-19 dan propaganda vaksinasi pada akhir tahun 2020 yang dilakukan secara bersama-sama.
"Desember 2020 masyarakat sudah mulai bangkit melawan hoaks COVID-19 dan vaksin," kata Harry dalam diskusi daring mengenai vaksinasi yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Menurut Harry, hal tersebut menjadi salah satu faktor yang turut berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam melakukan vaksinasi. Selain itu, masyarakat Indonesia juga berperan aktif melawan hoaks secara aktif dengan kesadaran dirinya.
"Aktor hoaks di internet itu yang berusaha menyebar propaganda hoaks, biasanya dikeroyok oleh netizen, kita sangat bersyukur. Kita juga bisa melihat animo sangat tinggi terhadap vaksin," kata dia.
Baca juga: Sosiolog: Era media sosial disebut era matinya ruang privat
Bahkan Harry menyebut bahwa tingkat partisipasi masyarakat Indonesia terhadap vaksinasi COVID-19 mendekati 100 persen, lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Belanda, Australia dan lainnya.
Dia menambahkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia masih mengandalkan televisi sebagai media yang paling dipercaya dalam mendapatkan suatu kabar atau informasi. Dia menyebut tidak semua masyarakat Indonesia mengakses media sosial dan termakan hoaks tentang vaksin.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Mafindo, sebanyak 30 persen masyarakat Indonesia bahkan tidak mengetahui bahwa ada hal mengenai hoaks tentang COVID-19 atau vaksin. Padahal menurut Harry hoaks mengenai COVID-19 dan vaksin sangat masif di awal-awal pandemi dan di awal vaksin ditemukan.
Harry juga menerangkan bahwa kelompok antivaksin yang ada di Indonesia sekitar 4,2 juta orang. Jumlah tersebut termasuk sedikit jika dibandingkan dengan silent majority atau orang-orang yang tidak merespon baik pro atau kontra terhadap propaganda antivaksin yaitu 74 juta orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Desember 2020 masyarakat sudah mulai bangkit melawan hoaks COVID-19 dan vaksin," kata Harry dalam diskusi daring mengenai vaksinasi yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Menurut Harry, hal tersebut menjadi salah satu faktor yang turut berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam melakukan vaksinasi. Selain itu, masyarakat Indonesia juga berperan aktif melawan hoaks secara aktif dengan kesadaran dirinya.
"Aktor hoaks di internet itu yang berusaha menyebar propaganda hoaks, biasanya dikeroyok oleh netizen, kita sangat bersyukur. Kita juga bisa melihat animo sangat tinggi terhadap vaksin," kata dia.
Baca juga: Sosiolog: Era media sosial disebut era matinya ruang privat
Bahkan Harry menyebut bahwa tingkat partisipasi masyarakat Indonesia terhadap vaksinasi COVID-19 mendekati 100 persen, lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Belanda, Australia dan lainnya.
Dia menambahkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia masih mengandalkan televisi sebagai media yang paling dipercaya dalam mendapatkan suatu kabar atau informasi. Dia menyebut tidak semua masyarakat Indonesia mengakses media sosial dan termakan hoaks tentang vaksin.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Mafindo, sebanyak 30 persen masyarakat Indonesia bahkan tidak mengetahui bahwa ada hal mengenai hoaks tentang COVID-19 atau vaksin. Padahal menurut Harry hoaks mengenai COVID-19 dan vaksin sangat masif di awal-awal pandemi dan di awal vaksin ditemukan.
Harry juga menerangkan bahwa kelompok antivaksin yang ada di Indonesia sekitar 4,2 juta orang. Jumlah tersebut termasuk sedikit jika dibandingkan dengan silent majority atau orang-orang yang tidak merespon baik pro atau kontra terhadap propaganda antivaksin yaitu 74 juta orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021