Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran mengatakan, target penjualan kopi arabika dari petani provinsi setempat pada 2012 sebanyak 3.570 ton.
"Kopi arabika menjadi salah satu produk perkebunan unggulan dari daerah kami karena mempunyai cita rasa yang khas dan telah mendapat sertifikat indikasi geografis," katanya di Denpasar, Senin.
Ia menambahkan, rata-rata produksi kopi arabika di Bali per tahun sebanyak 3.500 ton, hanya saja baru sekitar 1.000 ton yang bisa diolah basah, sedangkan 2.500 ton masih dalam bentuk kopi labu.
"Belum bisa diolah basah semuanya karena alat pengolahan yang dimiliki petani belum lengkap. Walaupun demikian, kami berusaha untuk memfasilitasi petani agar dapat mencapai target pasar tersebut," katanya.
Buana menyampaikan, produksi kopi arabika dari Bali selama ini berasal dari kawasan Kintamani (Kabupaten Bangli), Petang (Kabupaten Badung), serta Sukasada, Kubutambahan, dan Sawan (Kabupaten Buleleng) pada luasan lahan sekitar 10.485 hektare.
Di kawasan perkebunan tersebut, ucap dia, tergabung 64 subak abian (kelompok pertanian lahan kering). Namun, dari 64 subak itu, baru setengahnya yang sudah mempunyai alat pengolahan kopi.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Kopi arabika menjadi salah satu produk perkebunan unggulan dari daerah kami karena mempunyai cita rasa yang khas dan telah mendapat sertifikat indikasi geografis," katanya di Denpasar, Senin.
Ia menambahkan, rata-rata produksi kopi arabika di Bali per tahun sebanyak 3.500 ton, hanya saja baru sekitar 1.000 ton yang bisa diolah basah, sedangkan 2.500 ton masih dalam bentuk kopi labu.
"Belum bisa diolah basah semuanya karena alat pengolahan yang dimiliki petani belum lengkap. Walaupun demikian, kami berusaha untuk memfasilitasi petani agar dapat mencapai target pasar tersebut," katanya.
Buana menyampaikan, produksi kopi arabika dari Bali selama ini berasal dari kawasan Kintamani (Kabupaten Bangli), Petang (Kabupaten Badung), serta Sukasada, Kubutambahan, dan Sawan (Kabupaten Buleleng) pada luasan lahan sekitar 10.485 hektare.
Di kawasan perkebunan tersebut, ucap dia, tergabung 64 subak abian (kelompok pertanian lahan kering). Namun, dari 64 subak itu, baru setengahnya yang sudah mempunyai alat pengolahan kopi.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012