Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pengawasan dan evaluasi hasil riset kebencanaan untuk kebijakan memulihkan Bali saat pandemi COVID-19.

“Riset tersebut juga merupakan hasil prototipe untuk membangun Bali kembali. Penelitian ditargetkan selesai pada bulan November, dan penelitian ini akan dijahit untuk dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan penanganan COVID-19 yang berbasis riset,” ujar Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Udrekh dalam keterangannya yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Udrekh menyampaikan kesimpulan hasil pengawasan dan evaluasi riset kebencanaan di antaranya yaitu peran perguruan tinggi membantu memberikan identifikasi, data spesifik dan pendampingan dari setiap lokus daerah.

Kemudian solusi dan penanganan terhadap masalah yang terjadi di masyarakat maupun desa dapat lebih cepat dilakukan dan terbukti dapat diterima oleh masyarakat.

Nantinya, Perguruan Tinggi berperan sebagai bridging of gap (penjembatan celah) antara ilmu pengetahuan dan masyarakat serta pemerintah, dan kekuatan sosial dan budaya pada masyarakat Bali perlu diperkuat bukan semata-mata untuk kepentingan pariwisata namun untuk menjaga nilai Tri Hita Karana di masyarakat untuk membangun ketangguhan terhadap bencana.

Baca juga: Kepala BNPB tinjau lokasi terdampak gempa Karangasem-Bali

Menurut dia hal tersebut perlu dimanfaatkan dan didampingi oleh pemerintah daerah untuk mendukung program daerah yang tepat sasaran.

Udrekh menyampaikan strategi tindak lanjut dari kegiatan riset tersebut yaitu perlunya dukungan pemerintah provinsi hingga kota dan kabupaten untuk menindaklanjuti hasil riset, pengintegrasian hasil riset kepada program pembangunan daerah, melakukan komunikasi lebih lanjut dengan perguruan tinggi dan pelaku riset, serta mendukung pengembangan riset lanjutan maupun riset baru lainnya.

“Harapannya di awal November seluruh riset bisa disimposiumkan atau diseminarkan dengan pelibatan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) dari Provinsi, Kabupanten, Kota dan seluruh peserta umum,” ujar dia.

Hasil dari pengawasan dan evaluasi berasal dari para peneliti sebagian besar sudah melaksanakan survei, wawancara dan pengumpulan data. Saat ini para peneliti masuk ke dalam tahap analisis data dan juga pelaporan untuk perumusan rekomendasi kebijakan.

Baca juga: BPBD: Gempa magnitudo 4,8 di Karangasem-Bali sebabkan kerugian Rp66,9 miliar

Selain itu diketahui juga diketahui hingga saat ini sebanyak 80,4 persen mitra yang berasal dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah), komunitas, forum, aparatur dan tokoh desa secara aktif dilibatkan dalam penelitian kebencanaan tersebut.

Diharapkan 49 penelitian itu harus memiliki kerangka berpikir dengan konsep resiliensi sehingga hasilnya sesuai dengan marwah BNPB. Penelitian tetap memperhatikan seni budaya dan kearifan lokal Bali, sehingga dapat dihubungkan dengan visi dan misi pembangunan Bali 2018-2023.

BNPB bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Bali dengan didukung oleh program Pemerintah Australia SIAP SIAGA melakukan riset kKebencanaan, yang merupakan bentuk dukungan nasional terhadap penyelenggaraan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Bali pada 2022.

Ada 49 riset dari 23 perguruan tinggi di Indonesia yang sudah diimplementasikan dengan fokus pada lima tema besar yakni ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, kebijakan publik, kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi, serta sosial budaya.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali I Made Rentin menyampaikan saat ini beberapa sektor di wilayah tersebut sudah mulai melakukan relaksasi.

"Kami harap dengan adanya relaksasi dari pemerintah pusat semoga menjadi angin baik dan pertanda bagus bagi perkembangan dan pertumbuhan perekonomian di Bali di tengah pandemi COVID-19 ini. Kegiatan riset kebencanaan dalam Ideathon Bali Kembali sangat strategis bagi keberlangsungan Bali," ujar dia.
 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021