Rasa takut, syok, dan penuh kekhawatiran menyelimuti pikiran sejumlah peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua (2-16/10/2021), ketika mengetahui hasil tes Swab PCR dinyatakan positif, karena mereka pasti akan dievakuasi atau "diangkut" ke dalam Kapal Motor Tidar untuk mendapatkan penanganan medis.

Bahkan kekhawatiran tersebut menjadi isak tangis ketika para medis menjemput mereka dengan ambulans khusus, untuk selanjutnya pasien menjalani isolasi terpusat (isoter) COVID-19 di KM Tidar milik PT Pelni yang siap menampung warga terpapar virus corona tersebut.

Kapal KM Tidar yang merapat di dermaga Pelabuhan Kota Jayapura tersebut dapat menampung sedikitnya 924 orang pasien yang terpapar COVID-19 selama berlangsungnya ajang PON XX.

Seorang petugas medis, Devi mengatakan sejak berlangsungnya olahraga nasional empat tahunan ini, hampir ratusan warga yang terpapar COVID-19 merupakan atlet, pelatih dan pendamping (official), termasuk juga sejumlah wartawan.

Menurut Devi, bagi warga yang baru masuk karantina di Kapal Motor (KM) Tidar, berawal masuk kapal tersebut pasti merasakan aneh, dan penuh perasaan cemas, karena ruangan di kelas ekonomi yang biasanya dipakai muatan penumpang, kali ini disulap menjadi ruang isoter dengan ratusan tempat tidur berjejer, tapi tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti jarak tempat tidur antara satu dengan yang lainnya.

Pemandangan KM Tidar yang merapat di dermaga Jayapura dari kejauhan seakan tidak ada aktivitas, layaknya seperti kapal-kapal penumpang lainnya. Namun kekhususan pada kapal tersebut adalah disulap menjadi ruang isoter selama berlangsungnya PON yang pertama kali di "Bumi Cendrawasih" itu.

Baca juga: Menpora: Di PON Papua, penerapan prokes terkendali

Kapal KM Tidar khusus didatangkan dari pangkalan Jakarta tersebut, memang dirancang untuk melayani pasien terpapar COVID-19. Dengan tujuan "event" olahraga nasional itu tak sampai terganggu ketika ada peserta yang dinyatakan positif, karena kapal inilah nantinya yang akan menampung penderita COVID-19.

Di kapal tersebut juga sudah siaga melayani "penumpang COVID-19" dengan perlengkapan medis dan paramedis yang siaga 24 jam. Termasuk juga Tim Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 juga siaga di daratan untuk menjemput pasien tersebut dengan armada ambulan.

Dokter Devi menuturkan selama berlangsungnya PON, pasien yang masuk mencapai ratusan orang. Mereka sebagian yang terpapar adalah status orang tanpa gejala (OTG).

"Perlakuan medis sejak masuk ke dalam KM Tidar, pasien akan dicek terlebih dahulu tensi darahnya, suhu tubuh, dan kadar oksigen dengan alat axiometer. Setelah itu diberikan sejumlah tablet vitamin dan obat-obatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka supaya cepat sembuh," ucapnya.

Ia mengatakan pasien yang masuk ke kapal Tidar ini ada sampai isoter hingga 14 hari, karena mereka ketika dilakukan tes Swab PCR masih positif. Jika pasien seperti ini, maka tak diperbolehkan dulu turun kapal alias pulang.

Tapi ada juga pasien baru semalam "berlayar" di KM Tidar, esok harinya dilakukan Swab PCR hasilnya negatif, maka pasien tersebut diperbolehkan turun kapal dan dibekali surat keterangan bebas isoter dari pihak dokter yang bertanggung jawab di kapal tersebut.


Cemas di Kapal Tidar

Awalnya, ada perasaan cemas dan khawatir, karena sejak dijemput di hotel sebagai tempat menginap selama aktivitas PON perasaan menjadi ketakutan, karena isoter itu berada di kapal laut. Saat tertentu akan ditambatkan atau lego jangkar di tengah laut jika situasi pasien dalam kondisi dianggap mengkhawatirkan bagi warga atau peserta PON.

Apalagi saat penjemputan empat pasien dengan ambulans, begitu selepas dari gerbang hotel GA Sentani, Kabupaten Jayapura, laju kendaraan ambulans bergerak cepat dengan raungan sirine tak putus-putusnya dengan pengawalan dari Satgas COVID-19 menaiki motor untuk memperlancar laju ambulans hingga menepi di dermaga Pelabuhan Jayapura.

Baca juga: PON Papua - 17 positif, Wali Kota Jayapura minta prokes PON XX diperketat

Seorang rekan wartawan dalam satu mobil sempat muntah-muntah, pikiran resahnya meningkat, karena ada dugaan ini teman benar-benar takut positif COVID-19.

Biasanya, untuk menghindari pasien terkontaminasi dengan lingkungan lain, dan hal-hal yang tak inginkan terjadi atau kaburnya pasien, maka kapal Tidar pada malam hari melakukan lego jangkar di tengah laut.

"Astungkara (puji syukur Tuhan).... kemarin saya bersama rekan-rekan seprofesi wartawan, dan dari staf KONI Bali sempat 'berlayar' di kapal ini. Begitu dites Swab hasilnya negatif, sehingga kami bisa turun kapal," ujar Dewa Krisna, seorang wartawan dari Bali.

Dewa Krisna menuturkan, awalnya saat dinyatakan positif COVID-19 pada 15 Oktober malam atau rencana sehari sebelum bertolak ke Pulau Dewata sempat kaget dan syok. Karena selain memikirkan keluarga juga tempatnya jauh di seberang pulau.

Namun berkat layanan para medis dan dukungan dari tim Kontingen Bali, semuanya bisa kembali dengan selamat dan sehat ke Pulau Dewata.

Apresiasi juga datang dari Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali. Menurut penilaiannya, penerapan protokol kesehatan (prokes) saat penyelenggaraan PON XX Papua 2021 cukup terkendali, meskipun ada sejumlah atlet dan ofisial yang terpapar COVID-19.

“Menurut saya bisa dilihat, kekhawatiran orang bisa menjadi klaster yang besar karena sekitar 20 ribu yang hadir itu diperkirakan, bisa banyak, tapi faktanya justru ini seperti yang sembuh sudah banyak,” kata Menpora dalam diskusi daring bertajuk "Evaluasi PON Papua" di Media Center Jakarta (14/10/2021).

Baca juga: Menpora sebut bonus Olimpiade Tokyo dari pemerintah dan swasta

Menpora melanjutkan bahwa pemulihan atlet dan ofisial PON XX Papua yang terpapar COVID-19 sebelumnya pun terbilang cepat apalagi ditunjang dengan kebugaran fisik dari mereka.

“Jadi bisa dibayangkan dari sekian banyak orang, kasus yang muncul seperti itu, dan pengalaman di beberapa multievent waktu Olimpiade, atlet paling tiga sampai lima hari mereka sudah recovery. Kebugaran mereka lebih baik daripada yang bukan atlet,” ujar Amali.

Para atlet, lanjut dia, itu rata-rata mengalami kondisi tanpa gejala. "Penyelenggaraan dulu diragukan orang apakah Papua bisa tetapi dengan tagline PON ini ‘torang bisa’ ternyata bisa dibuktikan, keraguan orang tentang keraguan dengan kemampuan sumber daya manusia terbantahkan,” tambahnya.

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021