Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mendorong pemerintah dan pihak-pihak terkait menawarkan paket wisata premium untuk wisatawan Nusantara sebagai salah satu strategi dalam pemulihan pariwisata pada masa pandemi COVID-19.

"Di masa pandemi dan pemulihan seperti sekarang, sebaiknya diarahkan ke wisnus dulu. Di samping Bali memang harus mendatangkan wisman," kata Deputi Kepala KPwBI Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda di Denpasar, Bali, Selasa.

Dalam acara Survei Bicara dengan topik "Diseminasi Hasil Survei BI" itu, menurut dia, paket wisata premium itu dapat ditujukan kepada wisatawan Nusantara yang memang dari kelompok kaya raya.

"Kalau bisa misalnya, mereka itu ketika ingin melihat tari Kecak, bisa melihat di hotel saja dengan langsung mendatangkan penarinya. Tidak perlu harus ke Uluwatu," ucapnya di samping juga ditawarkan paket wisata medis dan kebugaran.

Rizki mengutip hasil survei Dinas Pariwisata Provinsi Bali pada 2019, lama tinggal wisatawan Nusantara (wisnus) atau domestik di Pulau Dewata rata-rata 4 hari, lebih singkat dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang lama tinggalnya 9,9 hari.

Demikian juga dengan pengeluaran wisnus rata-rata Rp463 ribu per hari, sedangkan wisman mencapai 142 dolar AS per hari.

"Jika dikalikan lama tinggal, maka wisman di Bali spendingnya sekitar Rp20 juta, sedangkan wisnus hanya Rp1,9 juta. Itu artinya kekuatan wisman 10,8 kali kekuatan wisnus saat berkunjung ke Bali," ucapnya.

Demikian pula, jika dikalikan dengan jumlah kunjungan per tahun, pengeluaran wisman mencapai Rp141,8 triliun, sedangkan wisnus sekitar Rp15 triliun.

Untuk menggairahkan wisatawan Nusantara ke Bali, Rizki pun berharap persyaratan masuk Bali yang harus menunjukkan hasil swab PCR diturunkan cukup rapid antigen. Ataupun jika tetap PCR, supaya tarifnya turun dari yang saat ini sebesar Rp495 ribu.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan pandemi COVID-19 telah berdampak cukup besar terhadap perekonomian Bali yang utamanya ditopang oleh sektor pariwisata.

"Adanya sejumlah pembatasan perjalanan oleh negara asal wisman maupun Pemerintah Indonesia telah menyebabkan kontraksi kunjungan wisatawan sehingga berdampak kepada kinerja lapangan usaha terkait pariwisata seperti lapangan usaha perdagangan, penyediaan akomodasi, makan, minum, transportasi dan juga industri pengolahan," ucapnya.

Menurut Trisno, di masa pandemi COVID-19 ini, peran data dan informasi terutama melalui survei menjadi hal yang penting sehingga menjadi indikator utama penyusunan perkiraan perkembangan perekonomin, yang pada akhirnya bermuara untuk menentukan arah kebijakan perekonomian nasional.

Sedangkan VP of Market Management Accomodation & Experience Traveloka John Safenson mengatakan dengan penurunan level PPKM dan penurunan kasus COVID-19, telah meningkatkan jumlah pemesanan hotel-hotel di Bali yang mayoritas di memilih lokasi akomodasi di Seminyak, Legian dan Ubud.

"Secara umum konsumen masih ingin melakukan perjalanan ke Bali, tetapi mereka masih memilih harga yang sesuai kantong. Oleh karena itu, kebijakan diskon dan promosi menjadi penting," ucapnya.

John Safenson juga mengingatkan agar wisatawan nusantara yang berkunjung ke Pulau Dewata agar tetap diberikan pelayanan yang terbaik sehingga mereka ini juga menjadi corong informasi dan promosi wisata.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan promosi bahwa Bali aman dikunjungi dengan penerapan standar CHSE yang ketat perlu lebih disebarluaskan ke konsumen.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021