Pesilat Bali Ni Kadek Astini merasa bangga bisa bertanding di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX, meski hanya bisa mempersembahkan medali perunggu di nomor seni tunggal putri untuk kontingen Pulau Dewata.

Wanita kelahiran Kabupaten Gianyar 20 Juli 1996 mengaku kalau sebenarnya  target dia ingin meraih medali emas, tetapi harapannya kandas, dan hanya mampu meraih medali perunggu.

Meskipun demikian,  hal itu tak akan menyurutkan dia untuk terus berkecimpung di dunia olahraga yang ditekuni sejak kelas III sekolah dasar di kampung kelahirannya itu.

Baca juga: PON Papua - Tiga petinju Bali maju ke final PON XX

Menurut alumni Fakultas Ekonomi Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, olahraga silat yang ditekuni telah mendarah daging. Makanya dalam setiap laga ia selalu berupaya menampilkan yang terbaik sesuai dengan arahan pelatih.

"Saya tak merasa kecewa meraih perunggu dalam pertarungan ini. Karena yang dilawan tersebut cukup berat karena atlet-atlet yang telah berpengalaman di ajang nasional dan internasional. Bahkan atlet pencak silat yang meraih medali emas dan perak, yakni DKI Jakarta Puspasari dan Listi Gunawan (Jawa Barat) adalah penghuni pemusatan latihan nasional (Pelatnas)," ucapnya di sela kegiatan PON Papua, Selasa.

Pegawai administrasi SMK Pariwisata Gana Udaya, Kabupaten Gianyar tersebut mengatakan prestasi yang diraih kali ini adalah sebuah perjuangan cukup berat di ajang olahraga nasional empat tahunan.

"Saya bangga bisa tampil di PON XX, dan ini adalah laga pertama kali dalam PON. Karena masa pandemi COVID-19, tentu tahun-tahun ini tak ada lagi kejuaraan silat. Tapi saya akan tetap berlatih," ujar anak kedua dari dua bersaudara tersebut.

Baca juga: PON Papua - Target tim taekwondo Bali di PON Papua terlampaui

Menurut dia, olahraga silat mempunyai arti sendiri dalam kehidupannya. Karena dukungan dari kedua orangtuanya sangat besar. Begitu juga pelatihnya Nyoman Lasia selalu memberikan "support" agar bisa bertanding dalam cabang olahraga pencak silat.

Kadek Astini mengatakan walau usianya menginjak 25 tahun, tidak akan menyurutkan untuk menekuni olahraga silat. Andai PON mendatang tak bisa tampil lagi, dirinya akan tetap mendukung rekan-rekan yuniornya agar mampu meraih prestasi terbaik untuk Bali.

"Saya berpandangan pengabdian dunia pencak silat tak sebatas mengejar medali. Tapi lebih dari itu, bagaimana olahraga asli Indonesia ini lebih maju lagi. Terbukti ajang olahraga internasional telah mengakui pencak silat sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan pada kejuaraan seperti Sea Games dan Asian Games," ucapnya.
 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021