Barabai, Kalsel (Antara Bali) - Masyarakat adat Dayak Alai, sub etnis Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, mulai banyak yang menggeluti bisnis sarang semut hasil mencari di hutan kawasan Pegunungan Meratus.

Rusmin, seorang pencari sarang semut dari Balai Kiyu, Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Rabu, mengatakan, sarang semut dijual di Barabai, ibu kota HST, yang berjarak sekitar 35 kilometer, dengan harga pasaran Rp5 ribu/kilogram, sedangkan di Banjarmasin sekitar Rp6 ribu/Kg.

Sarang Semut atau dikenal dengan nama ilmiah Myrmecodia pendans, merupakan tanaman hutan yang di dalam batangnya banyak digunakan semut untuk bersarang. Sarang semut itu dikenal memiliki khasiat sebagai obat herbal untuk berbagai macam penyakit, baik bersifat penyembuhan maupun pencegahan.

Menurut Rusmin, sarang semut yang pertama kali ditemukan di pedalaman Papua sebagai obat herbal itu banyak ditemui di hutan Pegunungan Meratus. "Bahkan ada yang mengatakan kualitas sarang semut dari Meratus lebih baik dibandingkan asal Papua," ujarnya.

Pada masyarakat lokal di Kalsel, sarang semut juga dikenal sebagai obat untuk 1001 macam penyakit. Dikenal dapat mencegah dan mengobati kanker, menyembuhkan gangguan jantung, ambeien, rematik, stroke, maag, gangguan fungsi ginjal dan prostat.

Selain itu, sarang semut juga dikenal bagus untuk mengobati pegal linu, migren, menderaskan ASI, melancarkan pembuluh darah, lever dan dapat juga digunakan untuk memulihkan gairah seksual.

Rusmin menambahkan, sejak zaman dahulu sarang semut telah digunakan oleh masyarakat Dayak Meratus sebagai obat dengan cara diolah menjadi makanan bubur atau berupa minuman seperti teh, dan baru belakangan dijadikan usaha alternatif.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012