STIKOM Bali Group menargetkan dapat mengirimkan 3.000 mahasiswa ke Jepang untuk mengikuti program bekerja dengan gaji hingga Rp20 juta per bulan dan kontrak kerja selama lima tahun.

"Dua pekan lalu, kami sudah menandatangani MoU dan perjanjian kerja sama dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) untuk mengirim 3.000 mahasiswa bekerja di Jepang," kata Rektor ITB STIKOM Bali, sekaligus dirut 23 lembaga bisnis berbendera STIKOM Bali Group, Dr Dadang Hermawan, di Denpasar, Bali, Minggu.

Menindaklanjuti kerja sama dengan BP2MI itu, kata dia, maka mulai Februari atau awal Maret 2022, akan dibuka kelas khusus bagi mereka yang kuliah di STIKOM Bali Group dan mengikuti program kerja di Jepang.

Baca juga: Pemkab Jembrana-STIKOM Bali siap magangkan anak mudanya ke Singapura-Jepang

Dadang menyebut kerja sama BP2MI dengan perguruan tinggi itu adalah yang pertama kali dilakukan di Indonesia bersama STIKOM Bali Group, yakni Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali, Politeknik Nasional Denpasar, Politeknik Ganesha Guru Singaraja dan Sekolah Tinggi Teknologi Bandung dan khusus untuk penempatan kerja di Jepang.

"Jepang, selama lima tahun (2019 - 2024) butuh 350.000 tenaga kerja asing dan Indonesia mendapat jatah 70.000, tetapi sejak Tahun 2019 sampai sekarang baru kirim 1.500 orang. Karena itulah maka BP2MI tidak mau kerja sama dengan (perusahaan) yang lain, tapi dengan perguruan tinggi, karena mereka tahu di perguruan tinggi ada program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka)," ujarnya.

Dadang mengemukakan, mekanisme perkuliahan bagi mahasiswa yang mengikuti program ini hingga berangkat ke Jepang. Mulai Februari atau awal Maret 2022 kuliah semester 1 dan 2 di kampus dengan penekanan pada mata kuliah Bahasa Jepang untuk mengganti mata kuliah Bahasa Inggris.

Setelah itu, uji kompetensi Bahasa Jepang, bekerja sama dengan Japan Foundation dan uji kompetensi keahlian dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sesuai bidang yang digeluti di Jepang nanti.

Baca juga: ITB STIKOM Bali luncurkan program kuliah sambil magang online di Singapura

Setelah lulus ujian kompetensi Bahasa Jepang dan kompetensi keahlian, barulah pihak ITB STIKOM Bali mendaftarkan mahasiswa tersebut ke BP2MI sebagai calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) untuk diberangkatkan ke Jepang oleh pemerintah.

"Jadi, nanti pemerintah yang kirim. Kalau memenuhi target 3.000 orang, saya akan menghadap presiden minta bapak presiden yang melepas, mungkin bisa di Senayan (GBK Senayan-red)," katanya.

Sementara untuk kuliah berikutnya, mahasiswa yang ke Jepang akan mengikuti kuliah semester 3-4 secara daring, semester 5-6 mengikuti kuliah dengan program MBKM dan semester 7-8 kuliah dengan sistem daring lagi.

"Termasuk tugas akhir atau skripsi dan ujian bisa dari Jepang. Tetapi, saya minta mereka pulang supaya wisuda di Bali saja. 'Kan kalian sudah punya duit banyak tuh, pulang wisuda di Bali saja supaya bisa dihadiri oleh keluarga," ucap Dadang.

Baca juga: Mahasiswa Kumamoto Jepang kunjungi Stikom Bali

Sementara itu, Wakil Rektor 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB STIKOM Bali Ida Bagus Suradrama, SE, MSi menekankan sebagai insan akademis ada enam hal yang tidak boleh dilanggar oleh mahasiswa.

"Enam hal itu, yakni tidak boleh plagiat (karya orang lain diakui sebagai karya sendiri), skripsi dibuat oleh orang lain, nyontek, menyuap dosen supaya minta diluluskan, moralitas dan bertindak diskriminatif terhadap teman," ujarnya.

Mengutip hasil survei internal ITB STIKOM Bali beberapa tahun lalu tentang kepuasan konsumen atau pengguna alumni, Suradarma menyebut bahwa rata-rata para pengguna mengakui keunggulan lulusan ITB STIKOM Bali yang pertama adalah soal etikanya baik dan kedua kerja samanya yang bagus.

"Karena ini adalah visi dan misi ITB STIKOM Bali, yakni menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahun, teknologi dan seni serta berakhlak mulia. Bahkan sampai perguruan tinggi beken di Jawa, seperti ITB Bandung dan UGM juga memberi apresiasi kepada kami," katanya.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021