Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah perusahaan pembiayaan di wilayah Bali hanya mengandalkan kolektibilitas sebagai tumpuan pendapatan utama di tengah kondisi persaingan yang semakin ketat.
"Namun hal itu menjadi suatu dilema, karena di satu sisi kami harus menekan tingkat kolektibilitas yang tinggi," kata Koordinator Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Nyoman Suastika, di Denpasar, Jumat.
Dia menjelaskan, perusahaan pembiayaan umumnya mengandalkan pendapatan dari selisih tingkat suku bunga pinjaman, maka saat ini lebih mengandalkan kolektibilitas.
Menurut Suastika, mengandalkan pendapatan dari selisih tingkat suku bunga, keuntungannya sangat terbatas. Apalagi, lanjut dia, selisihnya tersebut di bawah empat persen.
"Padahal seharusnya standar untuk memperoleh keuntungan harus sama atau minimal empat persen," ujarnya.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Namun hal itu menjadi suatu dilema, karena di satu sisi kami harus menekan tingkat kolektibilitas yang tinggi," kata Koordinator Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Nyoman Suastika, di Denpasar, Jumat.
Dia menjelaskan, perusahaan pembiayaan umumnya mengandalkan pendapatan dari selisih tingkat suku bunga pinjaman, maka saat ini lebih mengandalkan kolektibilitas.
Menurut Suastika, mengandalkan pendapatan dari selisih tingkat suku bunga, keuntungannya sangat terbatas. Apalagi, lanjut dia, selisihnya tersebut di bawah empat persen.
"Padahal seharusnya standar untuk memperoleh keuntungan harus sama atau minimal empat persen," ujarnya.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012