Surabaya (Antara Bali) - Penyair yang juga novelis Sides Sudyarto DS menerbitkan buku berjudul "Kritik atas Puisi Indonesia" dengan membedah 35 puisi karya-karya penyair Indonesia.

Pimpinan Rayakultura Naning Pranoto yang menerbitkan buku itu di Surabaya, Sabtu, menjelaskan, buku setebal 100 halaman tersebut menjadi semacam kado untuk para penyair muda Indonesia.

"Buku Kritik Atas Puisi Indonesia (KAPI) ini diterbitkan atas banyaknya permintaan dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi yang ingin memiliki buku tentang pembedahan puisi. Bak gayung bersambut, Sides Sudyarto DS yang sedang menulis kritik atas puisi Indonesia langsung dapat memenuhi permintaan tersebut," katanya.

Buku yang ditulis Sides berisi 35 puisi karya dari 35 penyair Indonesia dari tiga generasi, yakni Pujangga Baru, Angkatan 66 dan Angkatan Abad 21.

Penyair yang karya puisinya dibahas antara lain, Armaya, Acep Zam-Zam Noor, Ahmadun Y Herfanda, Amir Hamzah, Asrul Sani, Chairil Anwar, DS Muljanto, Darmanto JT, Dharmadi, Goenawan Mohamad, Nenen Lilis A, Rendra, Mohtar Pabottingi, Ramadhan KH, Sanoesi Pane, Soesi Sastro, Sitor Situmorang dan Sapardi Djokodamono.

Menurut Naning, KAPI sangat menarik, tidak hanya karena pembedahan Sides Sudyarto DS yang begitu cerdas tanpa menggurui maupun "menikam", tapi puisi-puisi yang dibedah selain puitis juga bernilai mistis, historis, bahkan ada yang bersifat politis.

"Pembaca, khususnya para penyair muda bukan dalam arti usianya, tapi pengalaman menulis puisi, akan menemukan banyak hal-hal penting untuk mengasah kreativitas maupun kekritisannya dalam berkarya," kata Naning yang produktif menulis novel ini.

KAPI, katanya, tidak berlebihan bila disebut sebagai "Kitab Kreatif Berpuisi". Ia mengistilahkan KAPI yang diterbitkan atas sumbangsih PT Rohto Laboratories Indonesia ini sebagai bak sumur untuk menimba air bening proses kreatif para penyair dari masa ke masa.

"Masing-masing punya warna dan makna dalam menyuarakan bobotnya berdasarkan pengalaman batin yang dimiliki, pengalaman bersosialisasi, pengalaman menulis, pengalaman estetika yang dikuasai dan sebagainya," kata pengajar menulis kreatif di beberapa perguruan tinggi di Jakarta ini.

Menurut dia, ada beberapa puisi yang "mengejutkan" karena tidak hanya indah dan puitis, tapi juga brilian dan tetap relevan walau ditulis lebih dari 50 tahun yang lalu. Misalnya, puisi karya JE Tatengkeng berjudul Mengembara dan Siti Nurani berjudul Transit. (M026/M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012