Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho mendorong berbagai desa wisata di Pulau Dewata dapat memperoleh sertifikat CHSE dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) karena menjadi salah satu kunci untuk bisa menerima wisatawan.
"Dengan memperoleh sertifikasi ini sangat penting bagi terbangunnya citra desa wisata dan menjadi salah satu kunci untuk bisa menerima wisatawan," kata Trisno Nugroho di Denpasar, Selasa.
Dengan mengantongi sertifikasi CHSE yakni menyangkut kebersihan (cleanliness), kesehatan (health), keselamatan (safety), dan kelestarian lingkungan (environment sustainability), selaras dengan program pemulihan pariwisata karena sekaligus menjaga kesehatan pengunjung maupun penduduk di desa wisata.
"Saat ini Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, tercatat telah memiliki sertifikat CHSE. Kami mengharapkan agar seluruh desa wisata yang ada di Bali dapat memperoleh sertifikat ini," ucapnya.
Baca juga: Tahun ini, Wagub Bali minta seluruh desa wisata urus sertifikasi CHSE
Di Bali tercatat setidaknya 179 desa wisata yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Pulau Dewata.
"Hingga saat ini sudah sekitar 962 pelaku usaha pariwisata yang memperoleh sertifikasi CHSE dari pemerintah daerah dan 573 pelaku usaha yang memperoleh sertifikasi CHSE dari Kemenparekraf," ujarnya.
Trisno menambahkan penting dan peran desa wisata juga telah diakui secara global. UNWTO mencatat desa wisata mampu meningkatkan perekonomian negara berkembang melalui pemberdayaan 54 persen wanita di pedesaan dan pemberdayaan usaha mikro.
"Minat wisatawan global terhadap desa wisata juga menunjukkan tren peningkatan. Preferensi turis saat ini bergeser kepada atraksi yang dapat memberikan pengalaman unik dan otentik, sekaligus berbasis pada kelestarian alam," katanya.
Baca juga: 1.493 desa adat di Bali songsong pembukaan keran pariwisata
Momen pandemi COVID-19, lanjut Trisno, juga menjadi salah satu akselerator pergeseran preferensi wisatawan dari pariwisata massal kepada pariwisata minat khusus.
"Ke depan, UNWTO memprediksi permintaan terhadap atraksi desa wisata akan semakin meningkat," ucap mantan Kepala KPwBI Provinsi DKI Jakarta itu.
Menurut dia, keindahan sejumlah alam pedesaan di Bali yang menjadikan suasana desa yang cantik, tenang, dan bahkan unik, dengan berbagai warisan budaya dan adat tradisinya akan menjadi daya tarik tersendiri dan sebagai alternatif liburan yang lebih bervariasi.
"Kesuksesan desa wisata juga harus didukung kreativitas penciptaan nilai tambah terhadap atraksi seni dan alam, serta penting digitalisasi atau pemanfaatan teknologi dalam promosi dan pengelolaan desa wisata," kata Trisno Nugroho.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Dengan memperoleh sertifikasi ini sangat penting bagi terbangunnya citra desa wisata dan menjadi salah satu kunci untuk bisa menerima wisatawan," kata Trisno Nugroho di Denpasar, Selasa.
Dengan mengantongi sertifikasi CHSE yakni menyangkut kebersihan (cleanliness), kesehatan (health), keselamatan (safety), dan kelestarian lingkungan (environment sustainability), selaras dengan program pemulihan pariwisata karena sekaligus menjaga kesehatan pengunjung maupun penduduk di desa wisata.
"Saat ini Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, tercatat telah memiliki sertifikat CHSE. Kami mengharapkan agar seluruh desa wisata yang ada di Bali dapat memperoleh sertifikat ini," ucapnya.
Baca juga: Tahun ini, Wagub Bali minta seluruh desa wisata urus sertifikasi CHSE
Di Bali tercatat setidaknya 179 desa wisata yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Pulau Dewata.
"Hingga saat ini sudah sekitar 962 pelaku usaha pariwisata yang memperoleh sertifikasi CHSE dari pemerintah daerah dan 573 pelaku usaha yang memperoleh sertifikasi CHSE dari Kemenparekraf," ujarnya.
Trisno menambahkan penting dan peran desa wisata juga telah diakui secara global. UNWTO mencatat desa wisata mampu meningkatkan perekonomian negara berkembang melalui pemberdayaan 54 persen wanita di pedesaan dan pemberdayaan usaha mikro.
"Minat wisatawan global terhadap desa wisata juga menunjukkan tren peningkatan. Preferensi turis saat ini bergeser kepada atraksi yang dapat memberikan pengalaman unik dan otentik, sekaligus berbasis pada kelestarian alam," katanya.
Baca juga: 1.493 desa adat di Bali songsong pembukaan keran pariwisata
Momen pandemi COVID-19, lanjut Trisno, juga menjadi salah satu akselerator pergeseran preferensi wisatawan dari pariwisata massal kepada pariwisata minat khusus.
"Ke depan, UNWTO memprediksi permintaan terhadap atraksi desa wisata akan semakin meningkat," ucap mantan Kepala KPwBI Provinsi DKI Jakarta itu.
Menurut dia, keindahan sejumlah alam pedesaan di Bali yang menjadikan suasana desa yang cantik, tenang, dan bahkan unik, dengan berbagai warisan budaya dan adat tradisinya akan menjadi daya tarik tersendiri dan sebagai alternatif liburan yang lebih bervariasi.
"Kesuksesan desa wisata juga harus didukung kreativitas penciptaan nilai tambah terhadap atraksi seni dan alam, serta penting digitalisasi atau pemanfaatan teknologi dalam promosi dan pengelolaan desa wisata," kata Trisno Nugroho.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021