Denpasar (Antara Bali) - Lontar kuno yang diperkirakan telah berusia 700 tahun turut dipamerkan pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-34 di Taman Budaya, Denpasar.
"Kami sengaja memamerkan lontar, khususnya lontar usadha (pengobatan) Bali karena kami ingin mengajak masyarakat untuk kembali menggali, mengenal, mempelajari dan mengaplikasikan kekayaan intelektual yang terdapat di dalam lontar, yang sesungguhnya sangat lmiah dan berisi kumpulan ilmu pengetahuan," kata Made Suardewi, ketua panitia pameran lontar tersebut, di Denpasar, Sabtu.
Lontar 700 tahun yang dipamerkan itu, merupakan pinjaman dari Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
"Aksara yang digunakan bukan aksara Bali. Aksaranya sangat tua, kami identifikasi itu memakai aksara kawi, yakni aksara yang lebih dahulu ada dibandingkan aksara Bali," ucap Agung Wiryawan, salah satu staf Pusdok yang ikut menjaga stan pameran lontar.
Pada pameran ini, terlihat lontar kuno dipajang di dalam etalase kaca. Kondisi helain daun rontalnya sendiri sudah tidak utuh lagi dengan goresan tulisan yang sudah sangat kabur dan sulit terbaca.
Pada pameran tersebut, total ada 35 lontar yang ditampilkan. "Satu yang berusia 700 tahun itu dan sisanya merupakan lontar salinan karena lontar aslinya dipegang oleh masyarakat," ujar Wiryawan.
Sementara itu, Made Suardewi melihat kurangnya ketertarikan generasi muda pada bahasa Bali dan mempelajari lontar, salah satunya karena generasi muda kurang mengerti dengan tulisan aksara Bali. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Kami sengaja memamerkan lontar, khususnya lontar usadha (pengobatan) Bali karena kami ingin mengajak masyarakat untuk kembali menggali, mengenal, mempelajari dan mengaplikasikan kekayaan intelektual yang terdapat di dalam lontar, yang sesungguhnya sangat lmiah dan berisi kumpulan ilmu pengetahuan," kata Made Suardewi, ketua panitia pameran lontar tersebut, di Denpasar, Sabtu.
Lontar 700 tahun yang dipamerkan itu, merupakan pinjaman dari Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
"Aksara yang digunakan bukan aksara Bali. Aksaranya sangat tua, kami identifikasi itu memakai aksara kawi, yakni aksara yang lebih dahulu ada dibandingkan aksara Bali," ucap Agung Wiryawan, salah satu staf Pusdok yang ikut menjaga stan pameran lontar.
Pada pameran ini, terlihat lontar kuno dipajang di dalam etalase kaca. Kondisi helain daun rontalnya sendiri sudah tidak utuh lagi dengan goresan tulisan yang sudah sangat kabur dan sulit terbaca.
Pada pameran tersebut, total ada 35 lontar yang ditampilkan. "Satu yang berusia 700 tahun itu dan sisanya merupakan lontar salinan karena lontar aslinya dipegang oleh masyarakat," ujar Wiryawan.
Sementara itu, Made Suardewi melihat kurangnya ketertarikan generasi muda pada bahasa Bali dan mempelajari lontar, salah satunya karena generasi muda kurang mengerti dengan tulisan aksara Bali. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012