Sosiolog Universitas Udayana Bali Wahyu Budi Nugroho mengatakan bahwa media sosial berpotensi memengaruhi sikap publik tentang persoalan perkembangan vaksinasi COVID-19.
 
"Saat ini kita hidup pada era “masyarakat jaringan”, artinya bagaimana jaringan sangat memengaruhi opini dan sikap publik, tentu media sosial yang merupakan salah satu wujud jaringan tersebut sangat memengaruhi (terkait vaksin)," kata Wahyu Budi Nugroho saat dikonfirmasi di Denpasar, Bali, Minggu malam.
 
Ia mengatakan apabila dalam realitanya masih ada masyarakat yang mudah percaya terhadap informasi-informasi tak valid di media sosial, yang dapat diartikan sebagai cermin belum menjadi rujukan utamanya ilmu pengetahuan ilmiah di masyarakat.
 
"Masyarakat masih memercayai “pseudo-Sains”, atau kata-kata tokoh tertentu yang dikultuskan, yang sesungguhnya tidak memiliki atau kurang memiliki kapasitas membincang persoalan terkait," katanya.

Baca juga: Hoaks, Keppres Kedaruratan Keuangan Negara
 
Terkait dengan adanya isu pro dan kontra di media sosial berkaitan dengan proses vaksinasi COVID-19 yang meninggalkan polemik di masyarakat, Wahyu mengatakan perlu adanya kontrol pemerintah dalam memberantas hoaks tentang vaksin yang ada di media sosial, yang justru bisa membuat masyarakat enggan atau takut divaksin.
 
Menurutnya, peran pemerintah untuk memberantas hoaks mengenai vaksin sangat diperlukan, karena dewasa ini media sosial cenderung menjadi rujukan masyarakat. "Justru kalau di media sosial keberadaan informasi salah, informasi benar, dan keyakinan cenderung membaur menjadi satu," katanya. 
 
Selain itu, percepatan vaksinasi khususnya di wilayah Bali menjadi salah satu langkah agar bisa ekonomi dan pariwisata Bali dapat pulih dengan terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity) dari vaksin tersebut. Kata dia, dalam hal ini cara pandang terkait pariwisata di masa pandemi ada yang perlu diubah.
 
Menurutnya, pariwisata berbasiskan protokol kesehatan yang ketat sudah seharusnya menjadi pengarusutamaan wacana pariwisata tanah air. Sehingga daya tarik pariwisata saat ini tidak hanya bertumpu pada tempat wisata itu sendiri, melainkan juga ditaatinya protokol kesehatan. 
 
"Saya pikir, citra pariwisata yang aman dan steril seperti itu akan menjadi daya tarik baru bagi wisatawan baik lokal maupun internasional. Dengan kata lain, reputasi pariwisata yang berbasiskan protokol kesehatan ketat itulah yang kini perlu digalakkan di masa pandemi, dan Pulau Bali bisa menjadi pelopornya," katanya.
 

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021