Sebuah kelas pada pendidikan jurnalistik dengan rentang waktu enam bulan berlangsung mulai 12 Agustus 1996.

Saat itu, sebanyak 30 peserta mengikuti pendidikan singkat yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Jurnalistik ANTARA (LPJA). Sebanyak 25 peserta di antaranya merupakan koresponden ANTARA dari berbagai daerah, lima orang lainnya adalah hasil rekrutmen baru dari Jakarta.

Mereka harus mengikuti tahap pendidikan yang dinamakan Kursus Dasar Pewarta (Susdape) itu sebelum menjadi karyawan tetap di Kantor Berita ANTARA. Ke-30 peserta ini adalah peserta Susdape XI.

Berbeda dengan lainnya, Susdape XI adalah satu-satunya pendidikan jurnalistik di lembaga ini yang tidak diselenggarakan di Pasar Baru (Jakarta Pusat). Itu karena sedang dilakukan renovasi di Gedung LPJA sehingga untuk sementara pendidikannya diselenggarakan di Mes ANTARA Cibening, Bekasi Barat.

Dengan demikian, seluruh pengajar harus datang untuk mengajar di mes yang sekaligus menjadi penginapan bagi peserta didiknya itu. Secara bergantian sesuai jadwal, pengajar mengisi jam pelajaran di kelas itu.

Satu-satunya pelajaran yang diselenggarakan di Lantai 19 Wisma ANTARA Jakarta, yaitu Manajemen Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA. Pengajarnya Ir. Handjojo Nitimihardjo yang juga Pemimpin Umum LKBN ANTARA.

Selain mengajar Susdspe XI pada setiap Jumat pukul 09.00 WIB, Pak Handjojo juga menjadi penguji.

Rentang waktu pendidikannya dibagi dua, yakni teori selama empat bulan dan praktikum dua bulan. Pengajarnya bukan hanya dari LPJA dan wartawan senior ANTARA, tetapi juga dari institusi lain seperti Departemen Penerangan (Deppen) serta ahli-ahli dari perguruan tinggi.

Kadang praktisi jurnalistik atau jurnalis senior juga dihadirkan untuk memperkuat pemahaman dan berbagi pengalaman. Juga pengurus organisasi profesi seperti PWI dan Dewan Pers diundang untuk menjadi pengajar tamu.

Semua mengetengahkan teori dan praktik jurnalistik dengan 21 mata pelajaran. Dari jumlah itu, 17 di antaranya teori dan empat pelajaran praktikum.

Mata pelajaran
Selain mata pelajaran Manajemen Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA dengan pengajar Pak Handjojo, mata pelajaran lainnya, yakni Kode Etik Jurnalistik, Dasar-Dasar Ilmu Komunikasi, Dasar-Dasar Ilmu Jurnalistik, Jurnalistik Kantor Berita dan Bahasa Indonesia Jurnalistik.

Selanjutnya, Teknik Pencarian Bahan Berita/Karangan Khas, Teknik Menulis Berita, Teknik Menulis Karangan Khas, Teknik Penyuntingan Karangan Khas serta Teknik Penyuntingan dan Tulis Ulang (Rewrite).

Tak ketinggalan pula ada mata pelajaran Jurnalistik Elektronika, Foto Jurnalistik, Sistem Pers Indonesia, Hukum Pers, Psikologi Sosial, Teknologi Informasi serta Propaganda. Sedangkan empat praktikum meliputi pembuatan/penulisan berita, karangan khas (karkhas), penyuntingan dan tulis ulang serta foto jurnalistik.

Baca juga: Arnaz Ferial Firman, wartawan empat dekade ANTARA meninggal dunia

Sebanyak 25 pengajar mengisi kurun waktu setengah tahun pendidikan tersebut. Salah satu pengajar yang tak terlupakan adalah Abdul Djamal Soamole yang mengajarkan Teknik Menulis Berita.

Pak Djamal, demikian para peserta Susdape XI memanggil guru style book-nya itu. Panggilan yang sama juga digunakan para karyawan dan wartawan di Kantor Berita ANTARA.

Di kalangan wartawan ANTARA saat itu, Pak Djamal dikenal tegas, keras dan disiplin dalam menulis berita. Tak lain karena berita yang disiarkan kantor berita bakal digunakan oleh media lainnya, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Pak Djamal juga menekankan pentingnya kecepatan dalam peliputan, penulisan dan penyiaran berita. Selanjutnya dia menekankan ketepatan, baik tepat waktu maupun sumber beritanya.

Akurasi
Selain harus benar-benar sesuai kaidah jurnalistik, cepat dan tepat, berita yang disiarkan harus juga harus akurat. Pak Djamal mengajar betul soal akurasi ini.

"Bisa dibayangkan kalau (berita) kalian tidak akurat, maka banyak sekali media yang akan ikut salah. Maka akurasi adalah segala-galanya," kata dia dalam satu sesi di kelas waktu itu, sekitar 25 tahun lalu.

Sekali lagi, Pak Djamal menekankan betul sisi akurasi ini. Pada sisi akurasi inilah kredibilitas sebuah media dipertaruhkan.

Pada intinya, produk jurnalistik yang disiarkan kantor berita harus "cepat, tepat, akurat". Itu pulalah motto Kantor Berita ANTARA.

Sebagai redaktur senior, motto itu diterapkan secara tegas, keras dan disiplin terhadap wartawan. Tak jarang, seorang reporter dipanggil dan harus menerima "wejangan" saat beritanya kurang cepat, kurang tepat dan kurang akurat.

Tahun 1996 ketika Susdape XI dilaksanakan, memang media massa di Indonesia belum sebanyak dekade tahun 2000-an. Tetapi almarhum sudah memprediksi dan mengingatkan bahwa media informasi akan tumbuh dengan beragam platform.

Informasi akan tersebar sangat cepat, jauh dari perkiraan sebelumnya. Tetapi ingatlah pesan almarhum bahwa kecepatan harus diikuti dengan ketepatan dan akurasi; "cepat, tepat, akurat".

Sebelum menjadi redaktur senior, Pak Djamal juga pernah menjadi Kepala Biro Foto ANTARA pada kurun1993-2000. Sekitar lima tahun masa jabatannya dilalui di era kebebasan pers yang tidak sebebas saat ini.

"Tapi Pak Djamal berani, (foto) demo tetap disiarkan," kata mantan pewarta foto ANTARA Jaka Sugianta.

Meski mendidik dengan disiplin tinggi, tapi Pak Djamal dekat dengan yuniornya baik pewarta tulis maupun foto. Gaya bicaranya khas dan penampilan yang "nyentrik" pun mudah dikenali, yakni selalu menggunakan rompi dan topi kalau di kantor.

Dengan suaranya khas, menurut Jaka yang kini Kepala Divisi Komersial Perum LKBN ANTARA, di waktu senggang Pak Djamal sering mengajak pewarta main bridge.

Hobinya main bridge bisa dibilang langka di kalangan wartawan, bahkan hingga kini. Namun hobi itu justru menjadikannya dekat dengan sebagian kalangan diplomat dari kedubes asing ketika itu.

Baca juga: Wartawan senior ANTARA Bali akhiri pengabdian (Regenerasi 2019-2020)

Kepala Redaksi Olahraga Dadan Ramdani punya kesan tersendiri tentang Pak Djamal. Di balik gayanya yang eksentrik, Pak Djamal adalah salah satu senior di ANTARA yang memiliki dasar wawasan teori-teori jurnalistik yang mumpuni.

Jadi ketika menjawab permasalahan jurnalistik, Pak Djamal selalu punya referensi dan tidak sekedar berdasarkan pengalaman di lapangan. "Dulu ada dua senior yang sering jadi tempat saya bertanya tentang jurnalistik, yaitu Pak Djamal dan Pak AJ Muaya," kata Dadan.

Populer
Kepala Redaksi Metropolitan, Santoso mengaku tidak kenal dengan Pak Djamal tetapi mengenal namanya ketika masih menjadi kontributor Biro ANTARA Jawa Timur untuk wilayah "Mataraman". Menurut Santoso, nama Djamal Soamole populer, walaupun secara personal tidak dia kenal, namun banyak yang mengenal nama tersebut.

Namanya tidak tercantum dalam daftar pengajar pada Susdape tahun 2004 saat Santoso ikut Susdape. Bahkan ketika Susdape itu selesai hingga menjadi Kepala Biro ANTARA Palu (Sulawesi Tengah) beberapa tahun kemudian, Santoso tidak pernah bertemu.

Tetapi tak disangka, dalam sebuah pertemuan wali murid salah satu SMP di Kota Depok, Jawa Barat, tahun 2019, Santoso bertemu dengan seseorang bernama Djamal. Kalangan guru menyambut dan menyebut nama Djamal sebagai ketua yayasan.

Ketika Santoso mengonfirmasi, ternyata benar itu Abdul Djamal Soamole, pensiunan ANTARA. Bahkan rumahnya tidak terlalu lalu jauh, bisa dibilang hanya beda jalan.

Santoso dalam suatu kesempatan "jogging" pagi pun melintasi jalan menuju kediaman Pak
Djamal. Pertemuan dan perkenalannya unik; tidak di kantor tetapi di masyarakat.

Wartawan senior Kantor Berita ANTARA Boyke Soekapdjo mengaku tidak ada yang istimewa dalam hubungan personalnya dengan Pak Djamal dalam kurun waktu puluhan tahun.

"Saya bekerja sama dekat dengannya dalam tim pengarah pemberitaan ketika Pak Noeh jadi Pempelred. Itu juga biasa-biasa aja," kata Boyke.

"Bagi saya, yang lebih dari dia adalah bahwa dia gigih dalam memegang dan memperjuangkan yang diyakininya," kata mantan Wakil Pimpinan Pelaksana Redaksi (Wapempelred) ANTARA itu.
 
Pemakaman Abdul Djamal Soamole di TPU Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. (ANTARA/HO)



Kabar duka
Apa kabarnya Pak Djamal sekarang? Kabar mengejutkan beredar di aplikasi perpesanan pada Senin sore, 26 April 2021.

Bunyinya "Innalillahi wa innaillaihi rojiun. Telah meninggal dunia Guru kita semua Bapak Abdul Djamal Soamole sekitar pukul 12.00 hari ini. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima amal baik dan melapangkan kuburnya. Aamiin"

Kabar duka itu mencuatkan ucapan duka dari warga Perum LKBN ANTARA. Meski almarhum sudah pensiun beberapa tahun lalu tetapi rasa duka tetap dirasakan para yunior dan anak didiknya.

Doa mengiringi almarhum Pak Djamal yang dimakamkan di TPU Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.

Doa terbaik mengiringi kepergianmu. Selamat jalan guru...
 

Pewarta: Sri Muryono

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021