Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS Al Muzzammil Yusuf mendukung ajakan patungan membeli kapal selam merupakan wujud kepedulian terhadap kondisi pertahanan negara dan peremajaan alutista, menyusul peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala 402 di perairan Bali utara .
Ajakan patungan ini awalnya digagas oleh aktivis Masjid Jogokaryan Yogyakarta, lalu mendapat dukungan dari Ustaz Abdul Somad (UAS).
"Dukungan UAS dapat dimaknai sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi pertahanan negara, peremajaan alutsista adalah kunci," kata Al Muzzammil melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.
Meski demikian, kata dia, Gerakan "Patungan Beli Kapal Selam" ini belum tentu bisa terealisasi karena harga kapal selam relatif sangat mahal.
Menurut dia, mengenai pengadaan kapal selam, Pemerintah bersama DPR yang bertugas menetapkan APBN ke depannya harus dapat merumuskan hal yang paling mendesak terlebih dahulu.
Baca juga: TNI AL bantah KRI Nanggala-402 lebihi muatan
"Misalnya saja timbul suatu pertanyaan, mana yang lebih penting dan menjadi prioritas, membangun ibu kota baru atau memperkuat armada laut dan industri kelautan Indonesia?," kata Al Muzzammil.
Ia mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar yang dikelilingi lautan luas dengan garis pantai yang panjang seyogianya harus memiliki armada laut yang kuat dan disegani negara-negara lain.
Diperkirakan 44 persen dari lalu lintas laut global dan 95 persen dari kapal di wilayah Asia Pasifik melintasi perairan Indonesia.
Ditambah lagi kekayaan alam laut Indonesia yang melimpah ruah, termasuk hasil bumi seperti minyak dan gas, perikanan, dan kekayaan laut lainnya yang selalu menjadi incaran negara lain.
Untuk itu, penyebab tenggelamnya KRI Nanggala 402 harus diselidiki untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem alutsista yang ada demi pertahanan negara yang lebih baik ke depannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Ajakan patungan ini awalnya digagas oleh aktivis Masjid Jogokaryan Yogyakarta, lalu mendapat dukungan dari Ustaz Abdul Somad (UAS).
"Dukungan UAS dapat dimaknai sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi pertahanan negara, peremajaan alutsista adalah kunci," kata Al Muzzammil melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.
Meski demikian, kata dia, Gerakan "Patungan Beli Kapal Selam" ini belum tentu bisa terealisasi karena harga kapal selam relatif sangat mahal.
Menurut dia, mengenai pengadaan kapal selam, Pemerintah bersama DPR yang bertugas menetapkan APBN ke depannya harus dapat merumuskan hal yang paling mendesak terlebih dahulu.
Baca juga: TNI AL bantah KRI Nanggala-402 lebihi muatan
"Misalnya saja timbul suatu pertanyaan, mana yang lebih penting dan menjadi prioritas, membangun ibu kota baru atau memperkuat armada laut dan industri kelautan Indonesia?," kata Al Muzzammil.
Ia mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar yang dikelilingi lautan luas dengan garis pantai yang panjang seyogianya harus memiliki armada laut yang kuat dan disegani negara-negara lain.
Diperkirakan 44 persen dari lalu lintas laut global dan 95 persen dari kapal di wilayah Asia Pasifik melintasi perairan Indonesia.
Ditambah lagi kekayaan alam laut Indonesia yang melimpah ruah, termasuk hasil bumi seperti minyak dan gas, perikanan, dan kekayaan laut lainnya yang selalu menjadi incaran negara lain.
Untuk itu, penyebab tenggelamnya KRI Nanggala 402 harus diselidiki untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem alutsista yang ada demi pertahanan negara yang lebih baik ke depannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021