Amlapura (Antara Bali) - Masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, menggelar Perang Pandan, Jumat, dalam rangkaian ritual Usabha Sambah.
    
Pemangku Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Jro Mangku Widia, menjelaskan bahwa tradisi Perang Pandan itu sebagai bentuk persembahan kepada Dewa Indra yang dipercaya sebagai dewa dalam perang.
    
"Kebutulan masyarakat sini memiliki aliran Indra sehingga wajib untuk melaksanan tradisi Perang Pandan," katanya.
    
Tradisi itu hanya diikuti oleh kaum laki-laki yang belum menikah, termasuk kalangan anak-anak. Para peserta Perang Pandan bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain bawahan serta udeng sebagai penutup kepala khas masyarakat Bali.
    
Setiap peserta dilengkapi dengan satu ikat daun pandan berduri dan sebuah tameng yang terbuat dari anyaman rotan.  Dua peserta bertarung dalam satu arena yang telah ditentukan.
    
Tangan kanan memegang daun pandang berduri untuk diarahkan ke punggung lawan, sedangkan tangan kiri memegang tameng untuk menangkis serangan lawan.
     
Makin lama pertarungan berlangsung, makin riuh sorakan penonton. Meskipun hanya beberapa menit, punggung keduanya bisa terluka akibat terkena pandan berduri.
    
Anak-anak di Desa Adat Tenganan sudah terbiasa dengan tradisi itu. Mereka bisa bersikap garang di arena Perang Pandan.(*/M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012