Denpasar (Antara Bali) - Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Provinsi Bali kesulitan menjalankan program kaderisasi qari dan qariah untuk diikutkan dalam ajang lomba seni membaca dan menghafal Al Quran berskala nasional.
    
"Kaderisasi menjadi persoalan utama yang kami hadapi selama ini," kata Sekretaris LPTQ Bali, H Saefudin, saat dihubungi dari Denpasar, Kamis.
    
Dia mengemukakan bahwa salah satu faktor penyebab lambatnya proses kaderisasi karena di Pulau Dewata itu tidak banyak lembaga pendidikan Islam yang menghasilkan qari-qariah.   
    
Di Bali hanya ada satu lembaga pendidikan Islam yang menggembleng muridnya sebagai qari dan hafiz, yakni Pondok Pesantren Raudlatul Khuffadz di Kediri, Kabupaten Tabanan, di bawah pengasuhan KH Nur Hadi.
    
Sayangnya, pada MTQ Nasional XXIV/2012 di Ambon, Maluku, PP Raudlatul Khuffadz tidak bisa mengirimkan santrinya untuk memperkuat kafilah Bali. "Kebetulan para santrinya banyak yang ikut 'akhirussanah' (ujian akhir tahun di pondok pesantren)," kata Saefudin.
    
Di luar pondok pesantren itu, qari-qariah di Bali merupakan hasil gemblengan orang tua atau kesadaran orang tua untuk mendatangkan pelatih qiraah.
    
Dalam MTQ Nasional di Ambon pada 9-20 Juni 2012, LPTQ Bali mengirimkan 22 orang peserta didampingi 37 pelatih, pendamping, dan ofisial, ditambah satu hakim atau juri.(M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012