PT Hutama Karya (Persero) menargetkan untuk menjadi champion atau pemain unggulan di sektor infrastruktur jalan dan industri turunannya.
"Untuk Hutama Karya kita adalah menjadi champion di bidang jalan dan industri turunannya. Mimpi kita dan sekarang sudah kita mulai yakni membangun jalan tol, highways, dan segala infrastruktur yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan jalan. Kita juga akan mengembangkan industri-industri turunannya misalnya jaringan tegangan tinggi, fiber optic, pipanisasi, rel kereta ini merupakan potensi bisnis yang bisa kita kembangkan dan kita ingin menjadi champion di situ," ujar Wakil Direktur Utama Hutama Karya Aloysius Kiik Ro dalam seminar daring di Jakarta, Jumat.
Dia juga menambahkan bahwa Hutama Karya juga fokus di empat segmen lainnya yakni EPC (Engineering Procurement Construction), bandara, pelabuhan industri precast.
"Jadi empat fokus lain itu adalah fokus segmen, namun yang harus diunggulkan adalah jalan, jalan tol serta industri terkaitnya," katanya.
Menurut Aloysius, spesialisasi menjadi keunggulan daripada masing-masing BUMN karya yang disepakati bersama BUMN-BUMN karya lainnya dalam Project Management Office (PMO) berdasarkan apa yang dimiliki baik secara sumber daya, human capital maupun pengalaman.
Spesialisasi di sini bukan berarti membuat BUMN karya tersebut tidak masuk di dalam segmen-segmen bisnis konstruksi lainnya, tetapi untuk mengurangi tumpang tindih hingga BUMN karya tersebut memiliki waktu serta sumber daya yang bisa dicurahkan khusus untuk membangun spesialisasi tersebut.
Aloysius Kiik Ro mengatakan PMO ini bukan hal baru. Sebenarnya PMO itu sudah terbentuk sejak Maret 2020 dan PMO tersebut untuk mendukung agenda pemerintah dalam mencapai pertumbuhan infrastruktur, namun tetap mempertahankan tiga sasaran utama yakni tepat mutu, tepat biaya, dan tepat waktu.
Dengan demikian tim PMO membentuk empat sub PMO yang menjadi vehicle utama BUMN karya.BUMN-BUMN karya menyadari bahwa terkait spesialisasi belum ada kontraktor di Indonesia yang memilih untuk berfokus pada segmen-segmen tertentu.
Akibatnya saat perusahaan-perusahaan konstruksi dalam negeri saling bertempur dan berebut di pasar domestik, sementara kontraktor asing masuk dan mendominasi beberapa segmen pasar misalnya EPC, pembangkit listrik, dan sebagainya karena mereka didukung kompetensi khusus dan dana yang kuat. BUMN-BUMN karya ingin bergerak ke sana.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto menjelaskan bahwa sejak tahun lalu Kementerian BUMN telah memberikan arahan kepada BUMN untuk melakukan perbaikan dan telah dibentuk tim PMO. Salah satunya adalah PMO Jasa Konstruksi dan Jalan Tol yang dipimpin oleh Wakil Direktur Utama Hutama Karya Aloysius Kiik Ro.
"Melalui PMO ini kami akan menata ulang di mana setiap BUMN karya memiliki kekhususan atau spesialisasi, kemudian bagaimana meningkatkan kompetensinya dan juga membuat dashboard sehingga setiap saat bisa mengendalikan perusahaan dengan mudah," kata Budi Harto.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Untuk Hutama Karya kita adalah menjadi champion di bidang jalan dan industri turunannya. Mimpi kita dan sekarang sudah kita mulai yakni membangun jalan tol, highways, dan segala infrastruktur yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan jalan. Kita juga akan mengembangkan industri-industri turunannya misalnya jaringan tegangan tinggi, fiber optic, pipanisasi, rel kereta ini merupakan potensi bisnis yang bisa kita kembangkan dan kita ingin menjadi champion di situ," ujar Wakil Direktur Utama Hutama Karya Aloysius Kiik Ro dalam seminar daring di Jakarta, Jumat.
Dia juga menambahkan bahwa Hutama Karya juga fokus di empat segmen lainnya yakni EPC (Engineering Procurement Construction), bandara, pelabuhan industri precast.
"Jadi empat fokus lain itu adalah fokus segmen, namun yang harus diunggulkan adalah jalan, jalan tol serta industri terkaitnya," katanya.
Menurut Aloysius, spesialisasi menjadi keunggulan daripada masing-masing BUMN karya yang disepakati bersama BUMN-BUMN karya lainnya dalam Project Management Office (PMO) berdasarkan apa yang dimiliki baik secara sumber daya, human capital maupun pengalaman.
Spesialisasi di sini bukan berarti membuat BUMN karya tersebut tidak masuk di dalam segmen-segmen bisnis konstruksi lainnya, tetapi untuk mengurangi tumpang tindih hingga BUMN karya tersebut memiliki waktu serta sumber daya yang bisa dicurahkan khusus untuk membangun spesialisasi tersebut.
Aloysius Kiik Ro mengatakan PMO ini bukan hal baru. Sebenarnya PMO itu sudah terbentuk sejak Maret 2020 dan PMO tersebut untuk mendukung agenda pemerintah dalam mencapai pertumbuhan infrastruktur, namun tetap mempertahankan tiga sasaran utama yakni tepat mutu, tepat biaya, dan tepat waktu.
Dengan demikian tim PMO membentuk empat sub PMO yang menjadi vehicle utama BUMN karya.BUMN-BUMN karya menyadari bahwa terkait spesialisasi belum ada kontraktor di Indonesia yang memilih untuk berfokus pada segmen-segmen tertentu.
Akibatnya saat perusahaan-perusahaan konstruksi dalam negeri saling bertempur dan berebut di pasar domestik, sementara kontraktor asing masuk dan mendominasi beberapa segmen pasar misalnya EPC, pembangkit listrik, dan sebagainya karena mereka didukung kompetensi khusus dan dana yang kuat. BUMN-BUMN karya ingin bergerak ke sana.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto menjelaskan bahwa sejak tahun lalu Kementerian BUMN telah memberikan arahan kepada BUMN untuk melakukan perbaikan dan telah dibentuk tim PMO. Salah satunya adalah PMO Jasa Konstruksi dan Jalan Tol yang dipimpin oleh Wakil Direktur Utama Hutama Karya Aloysius Kiik Ro.
"Melalui PMO ini kami akan menata ulang di mana setiap BUMN karya memiliki kekhususan atau spesialisasi, kemudian bagaimana meningkatkan kompetensinya dan juga membuat dashboard sehingga setiap saat bisa mengendalikan perusahaan dengan mudah," kata Budi Harto.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021