PT Pegadaian terus menunjukkan kinerja positif yang ditandai dengan nilai aset dan pendapatan yang terus meningkat selama tiga tahun berturut-turut.

"Semula aset perusahaan di tahun 2018 sebesar Rp53 triliun menjadi Rp65 triliun (2019) dan Rp72 triliun di tahun 2020," kata Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto dalam sambutannya yang dibacakan Pemimpin Wilayah PT Pegadaian Kanwil VII Denpasar Nuril Islamiah di Denpasar, Kamis.

Dalam peringatan HUT ke-120 Pegadaian itu, ia juga mengatakan Pegadaian telah membukukan pendapatan dari Rp13 triliun di tahun 2018 menjadi Rp18 triliun di tahun 2019 dan Rp22 triliun di tahun 2020. 

"Saya menyampaikan rasa terima kasih setulus-tulusnya kepada seluruh nasabah yang telah dan terus-menerus menggunakan produk dan jasa layanan Pegadaian," ucapnya.

Kepercayaan nasabah ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah nasabah dari tahun 2018 sebanyak 11 juta menjadi 14 juta di tahun 2019 dan 17 juta nasabah di tahun 2020, dengan omset pembiayaan dari Rp131 triliun di tahun 2018, Rp146 triliun di tahun 2019 dan Rp165 triliun di tahun 2020. 

"Namun di sisi lain, para insan Pegadaian harus menyadari bahwa laba kita untuk tahun buku 2020 mengalami penurunan, karena banyak nasabah kita, utamanya yang non gadai mengalami kesulitan dalam mengembalikan pinjaman," ucapnya. 

Dia menyampaikan laba tahun 2020 tercatat sebesar Rp2 triliun. meskipun laba turun, prestasi ini merupakan pencapaian  yang sangat membanggakan, di tengah kondisi banyak perusahaan yang terdampak akibat pandemi. 

"Ini semua merupakan hasil kerja seluruh insan Pegadaian yang telah bekerja ikhlas dan antusias memajukan perusahaan," ujarnya.

Menurut Kuswiyoto, keberhasilan perusahaan saat ini tentu tidak lepas dari perjuangan dan pengorbanan para pendiri dan para sesepuh yang telah mendahului. Karena berkat keteguhan dan kerja kerasnya, Pegadaian dapat melewati berbagai zaman yang penuh tantangan, hingga akhirnya dapat tetap eksis hingga saat ini. 

"Oleh karena itu, kita saat ini harus meneladani perjuangan, pengorbanan, dan kerja keras para pendahulu. Kita semua harus memanfaatkan momentum saat ini sebagai torehan sejarah yang akan kita tinggalkan untuk generasi yang akan datang," ucapnya.

Di sisi lain, terkait program Pembentukan Ekosistem Ultramikro melalui Holding tiga perusahaan besar, yakni  BRI, Pegadaian dan PNM dinilai merupakan upaya negara untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih cepat. 

"Di samping itu, kondisi resesi sebagai dampak Pandemi COVID-19 juga memerlukan integrasi ekosistem UMI, mengingat 50 persen lebih UMKM terdampak pandemi," katanya.
 
Program ini sejalan dengan latar belakang pendirian PT Pegadaian (Persero) yakni untuk menjauhkan masyarakat dari cengkraman rentenir, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan berperan aktif membantu pemerintah dalam pembangunan ekonomi. 
 
Program Pembentukan Ekosistem Ultramikro melalui Holding BRI, Pegadaian dan PNM merupakan agenda strategis pemilik perusahaan yang telah mendapatkan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)  dan Komite Privatisasi yang dipimpin langsung oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. 

Dengan demikian program ini telah melalui berbagai kajian yang panjang dan mendalam oleh para pakar, praktisi, maupun pengambil keputusan terkait strategi dan kebermanfaatan program ini bagi peningkatan ekonomi Indonesia dan akan saling menguntungkan.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021