Sejumlah petani salak yang tergabung dalam kelompok tani Kertha Semaya di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, mengaku sangat terbantu dalam peningkatan produktivitas dengan bantuan Corporate Social Responsibility atau CSR dalam program bina lingkungan yang disalurkan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Selain anggota kelompok tani Kertha Semaya, bantuan CSR tersebut juga dimanfaatkan oleh anggota kelompok wanita tani setempat serta Agro Wisata Abian Salak di wilayah tersebut. "Terima kasih BRI. Dengan bantuan yang telah diserahkan BRI ini, membuat kami bisa meningkatkan kualitas produk salak termasuk produk olahan salak yang kami hasilkan," ujar Ketua Kelompok Agro Abian Salak, Nyoman Mastra, Selasa.
Baca juga: Salak Indonesia masuk pasar Kamboja setelah COVID-19
Selain menjual buah salak ke berbagai wilayah di Indonesia, kelompok tani yang berada di desa penghasil salak di Bali tersebut juga memproduksi berbagai produk turunan yang diolah dari buah salak.
Produk tersebut diantaranya adalah kopi biji salak, kurma salak, madu salak dan sejumlah olahan lainnya. Bahkan, kopi biji salak yang dijual dengan harga Rp50 ribu per 100 gram karena keunikannya telah dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia dan diminati oleh wisatawan mancanegara yang datang ke Agro Wisata Abian Salak.
"Kami menjual salak itu tidak hanya buahnya, tapi semua yang dihasilkan dari pohon salak yaitu daging, kulit dan biji semua kita olah dan jual. Ini memiliki nilai ekonomi yang cukup membantu kami khususnya selama masa pandemi COVID-19," katanya.
Nyoman Mastra mengatakan, bantuan CSR dari BRI membuat dirinya bersama anggota kelompok tani lainnya menjadi semangat untuk terus mengembangkan potensi salak yang ada di wilayah itu
"Kalau dibandingkan saat kami tidak memiliki apa-apa sangat berbeda, dulu kadang semangat kami mengendor, sekarang dengan bantuan alat-alat pertanian, produksi, dan pemasaran dari BRI kami dapat terus semangat. Saat ini, menjadi petani salak juga kembali diminati lagi oleh masyarakat khususnya selama pandemi COVID-19 yang berdampak pada warga kami yang bekerja di sektor pariwisata," katanya.
Bantuan CSR yang telah diserahkan pada tahun 2020 ke kelompok petani salak tersebut diantaranya adalah alat-alat pertanian, pupuk, bibit, mesin produksi seperti mesin press dan mesin kopi serta laptop, printer, LED projektor serta monitor LED senilai Rp102.435.000.
"Untuk laptop ini sangat bermanfaat selama masa pandemi. Kami bisa menggunakannya untuk zoom meeting dengan klien-klien kami dan dinas terkait serta kami juga bisa melakukan promosi produk kami secara daring," ungkap Nyoman Mastra.
Baca juga: Layani pelanggan seperti di kantor bank, agen BRILink di Denpasar raih untung puluhan juta per bulan
Sementara itu, Pemimpin Wilayah BRI Denpasar Rudy Andimono mengatakan selama masa pandemi COVID-19 terus menyalurkan bantuan CSR kepada kelompok UMKM sebagai stimulus untuk memberikan semangat kepada masyarakat.
Menurut dia, bantuan CSR yang disalurkan BRI untuk pengembangan UMKM diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan ekonominya.
"Salah satu yang kami lakukan di daerah Desa Sibetan, Karangasem yang ciri khas daerah berupa salak. Kami membantu petaninya dengan memberikan alat pertanian, kami bantu kelompok wanita taninya dengan memberikan alat-alat pengolahan dan juga kami bantu pemasarannya dengan memberikan sejumlah fasilitas untuk melakukan promosi produk secara daring," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Selain anggota kelompok tani Kertha Semaya, bantuan CSR tersebut juga dimanfaatkan oleh anggota kelompok wanita tani setempat serta Agro Wisata Abian Salak di wilayah tersebut. "Terima kasih BRI. Dengan bantuan yang telah diserahkan BRI ini, membuat kami bisa meningkatkan kualitas produk salak termasuk produk olahan salak yang kami hasilkan," ujar Ketua Kelompok Agro Abian Salak, Nyoman Mastra, Selasa.
Baca juga: Salak Indonesia masuk pasar Kamboja setelah COVID-19
Selain menjual buah salak ke berbagai wilayah di Indonesia, kelompok tani yang berada di desa penghasil salak di Bali tersebut juga memproduksi berbagai produk turunan yang diolah dari buah salak.
Produk tersebut diantaranya adalah kopi biji salak, kurma salak, madu salak dan sejumlah olahan lainnya. Bahkan, kopi biji salak yang dijual dengan harga Rp50 ribu per 100 gram karena keunikannya telah dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia dan diminati oleh wisatawan mancanegara yang datang ke Agro Wisata Abian Salak.
"Kami menjual salak itu tidak hanya buahnya, tapi semua yang dihasilkan dari pohon salak yaitu daging, kulit dan biji semua kita olah dan jual. Ini memiliki nilai ekonomi yang cukup membantu kami khususnya selama masa pandemi COVID-19," katanya.
Nyoman Mastra mengatakan, bantuan CSR dari BRI membuat dirinya bersama anggota kelompok tani lainnya menjadi semangat untuk terus mengembangkan potensi salak yang ada di wilayah itu
"Kalau dibandingkan saat kami tidak memiliki apa-apa sangat berbeda, dulu kadang semangat kami mengendor, sekarang dengan bantuan alat-alat pertanian, produksi, dan pemasaran dari BRI kami dapat terus semangat. Saat ini, menjadi petani salak juga kembali diminati lagi oleh masyarakat khususnya selama pandemi COVID-19 yang berdampak pada warga kami yang bekerja di sektor pariwisata," katanya.
Bantuan CSR yang telah diserahkan pada tahun 2020 ke kelompok petani salak tersebut diantaranya adalah alat-alat pertanian, pupuk, bibit, mesin produksi seperti mesin press dan mesin kopi serta laptop, printer, LED projektor serta monitor LED senilai Rp102.435.000.
"Untuk laptop ini sangat bermanfaat selama masa pandemi. Kami bisa menggunakannya untuk zoom meeting dengan klien-klien kami dan dinas terkait serta kami juga bisa melakukan promosi produk kami secara daring," ungkap Nyoman Mastra.
Baca juga: Layani pelanggan seperti di kantor bank, agen BRILink di Denpasar raih untung puluhan juta per bulan
Sementara itu, Pemimpin Wilayah BRI Denpasar Rudy Andimono mengatakan selama masa pandemi COVID-19 terus menyalurkan bantuan CSR kepada kelompok UMKM sebagai stimulus untuk memberikan semangat kepada masyarakat.
Menurut dia, bantuan CSR yang disalurkan BRI untuk pengembangan UMKM diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan ekonominya.
"Salah satu yang kami lakukan di daerah Desa Sibetan, Karangasem yang ciri khas daerah berupa salak. Kami membantu petaninya dengan memberikan alat pertanian, kami bantu kelompok wanita taninya dengan memberikan alat-alat pengolahan dan juga kami bantu pemasarannya dengan memberikan sejumlah fasilitas untuk melakukan promosi produk secara daring," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021