Kabupaten Tabanan, Bali, kini memiliki objek wisata, yakni "Desa Cokelat Bali" yang berlokasi di Desa Cau, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali, yang mengedukasi anak-anak tentang bagaimana proses penanaman buah cokelat hingga proses pembuatannya.
"Sejak kami buka pada Oktober 2020, Desa Cokelat Bali, kini menjadi destinasi paling dicari oleh wisatawan dan warga lokal," kata pemilik Desa Cokelat Bali, I Wayan Alit Artha Wiguna, di lokasi wisata setempat, Minggu.
Baca juga: Desa Adat Legian terapkan protokol kesehatan pada Hari Raya Galungan
Ia mengatakan alasan para pelancong memilih tempat liburan ke Desa Cokelat Bali tersebut selain berwisata, mereka juga diberikan kesempatan untuk melihat berbagai jenis pohon cokelat dan pilihan yang menarik lainnya adalah mencoba tantangan bagaimana membuat cokelat itu sendiri hingga layak dikonsumsi.
"Sampai di lokasi, para pelancong yang baru tiba, sebelum menerima tantangan untuk membuat cokelat, mereka terlebih dahulu diajak berkeliling oleh pemandu wisata guna melihat pohon-pohon cokelat jenis kakao dan melihat proses pembuatan hingga pengemasan cokelat yang siap untuk dikonsumsi di balik kaca ruangan yang sudah disiapkan," ujarnya.
Pemilik Desa Cokelat Bali itu menambahkan tujuannya mendirikan objek wisata Desa Cokelat Bali adalah untuk mengedukasi wisatawan agar mereka mulai mengenal cokelat dari mulai menanam, mengolah, dan membuat cokelat.
"Dengan harga tiket Rp20 ribu per orang, wisatawan akan dikenalkan oleh pemandu berbagai jenis tanaman cokelat dari mulai cokelat lokal dan impor," katanya.
Baca juga: Klungkung matangkan konsep Desa Wisata Tihingan
Untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 di objek wisatanya, selain memberlakukan protokol kesehatan yang ketat, pihaknya juga melakukan pembatasan jumlah kunjungan wisatawan agar tidak menimbulkan kerumunan.
"Mudah-mudahan dengan adanya Desa Cokelat Bali dapat bermanfaat bagi generasi muda, khususnya agar mereka bisa melihat langsung proses pembuatan dan ikut melestarikan hasil produk lokal petani cokelat di Bali," katanya.
Nana, seorang pengunjung mengaku senang bisa berlibur ke Desa Cokelat Bali. "Bagus dan senang, ini pengalaman pertama yang menyenangkan, jadinya saya tahu sekarang bagaimana membuat cokelat sendiri, nanti ini saya praktekkan di rumah," ujar siswi kelas 3 SD itu.
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Sejak kami buka pada Oktober 2020, Desa Cokelat Bali, kini menjadi destinasi paling dicari oleh wisatawan dan warga lokal," kata pemilik Desa Cokelat Bali, I Wayan Alit Artha Wiguna, di lokasi wisata setempat, Minggu.
Baca juga: Desa Adat Legian terapkan protokol kesehatan pada Hari Raya Galungan
Ia mengatakan alasan para pelancong memilih tempat liburan ke Desa Cokelat Bali tersebut selain berwisata, mereka juga diberikan kesempatan untuk melihat berbagai jenis pohon cokelat dan pilihan yang menarik lainnya adalah mencoba tantangan bagaimana membuat cokelat itu sendiri hingga layak dikonsumsi.
"Sampai di lokasi, para pelancong yang baru tiba, sebelum menerima tantangan untuk membuat cokelat, mereka terlebih dahulu diajak berkeliling oleh pemandu wisata guna melihat pohon-pohon cokelat jenis kakao dan melihat proses pembuatan hingga pengemasan cokelat yang siap untuk dikonsumsi di balik kaca ruangan yang sudah disiapkan," ujarnya.
Pemilik Desa Cokelat Bali itu menambahkan tujuannya mendirikan objek wisata Desa Cokelat Bali adalah untuk mengedukasi wisatawan agar mereka mulai mengenal cokelat dari mulai menanam, mengolah, dan membuat cokelat.
"Dengan harga tiket Rp20 ribu per orang, wisatawan akan dikenalkan oleh pemandu berbagai jenis tanaman cokelat dari mulai cokelat lokal dan impor," katanya.
Baca juga: Klungkung matangkan konsep Desa Wisata Tihingan
Untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 di objek wisatanya, selain memberlakukan protokol kesehatan yang ketat, pihaknya juga melakukan pembatasan jumlah kunjungan wisatawan agar tidak menimbulkan kerumunan.
"Mudah-mudahan dengan adanya Desa Cokelat Bali dapat bermanfaat bagi generasi muda, khususnya agar mereka bisa melihat langsung proses pembuatan dan ikut melestarikan hasil produk lokal petani cokelat di Bali," katanya.
Nana, seorang pengunjung mengaku senang bisa berlibur ke Desa Cokelat Bali. "Bagus dan senang, ini pengalaman pertama yang menyenangkan, jadinya saya tahu sekarang bagaimana membuat cokelat sendiri, nanti ini saya praktekkan di rumah," ujar siswi kelas 3 SD itu.
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021