Tabanan (Antara Bali) - Jalan menuju objek wisata air panas Angseri, Kabupaten Tabanan, rusak berat dan hingga dua tahun berjalan tidak ada upaya perbaikan.
"Kalau jalannya memadai, saya yakin banyak wisatawan yang datang kemari," kata Nandang, wisatawan asal Cimahi, Jawa Barat, saat ditemui di objek wisata air panas Angseri, Sabtu.
Kerusakan paling parah terjadi di ruas Banjar Dinas Tegeh-Banjar Angseri. Permukaan jalan sepanjang dua kilometer itu terkelupas dan berlubang sehingga menyulitkan pengguna jalan, apalagi medannya menanjak dan berliku.
Parahnya lagi, jembatan di Banjar Dinas Tegeh putus sehingga untuk bisa dilewati kendaraan roda dua dan roda empat, masyarakat desa setempat membangun jembatan darurat yang modelnya mirip jembatan "bailey".
"Jembatan itu putus akibat hujan yang menyebabkan tebing sungai runtuh sebulan yang lalu," kata Ni Wayan Aditya yang rumahnya berjarak beberapa meter dari jembatan tersebut.
Pada akhir pekan, objek wisata yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Kota Denpasar atau 20 kilometer dari Tabanan itu dikunjungi sekitar 200 orang per hari, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Pembangunan objek wisata tersebut atas prakarsa enam warga Desa Adat Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, pada 12 Oktober 2007. Hingga saat ini pengelolaannya di bawah tanggung jawab Kelompok Masyarakat Pengelola Wisata Alam Angseri dengan membentuk CV sebagai badan hukum resmi.
Air panas tersebut bersumber dari Gunung Batukaru yang kemudian oleh masyarakat sekitar ditampung dalam sebuah kolam. Sejak lima tahun yang lalu, masyarakat Desa Adat Angseri bergotong-royong membangun satu kolam khusus anak-anak dan enam unit kolam dalam bilik tertutup.
"Selama ini wisatawan enggan datang kemari karena jalannya rusak. Hampir semua wisatawan yang datang kemari mengeluhkan kondisi jalan," kata I Wayan Mangok selaku petugas loket objek wisata itu.
Ia menduga kerusakan jalan desa itu akibat kualitas aspalnya buruk, selain juga sering dilewati oleh truk pengangkut bambu dan hasil kebun lainnya.
"Pihak pengelola sudah lama melaporkan kerusakan jalan ini, tapi sampai sekarang belum ada tanggapan dari pemerintah," kata I Wayan Sudita selaku petugas parkir objek wisata itu menambahkan.(M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Kalau jalannya memadai, saya yakin banyak wisatawan yang datang kemari," kata Nandang, wisatawan asal Cimahi, Jawa Barat, saat ditemui di objek wisata air panas Angseri, Sabtu.
Kerusakan paling parah terjadi di ruas Banjar Dinas Tegeh-Banjar Angseri. Permukaan jalan sepanjang dua kilometer itu terkelupas dan berlubang sehingga menyulitkan pengguna jalan, apalagi medannya menanjak dan berliku.
Parahnya lagi, jembatan di Banjar Dinas Tegeh putus sehingga untuk bisa dilewati kendaraan roda dua dan roda empat, masyarakat desa setempat membangun jembatan darurat yang modelnya mirip jembatan "bailey".
"Jembatan itu putus akibat hujan yang menyebabkan tebing sungai runtuh sebulan yang lalu," kata Ni Wayan Aditya yang rumahnya berjarak beberapa meter dari jembatan tersebut.
Pada akhir pekan, objek wisata yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Kota Denpasar atau 20 kilometer dari Tabanan itu dikunjungi sekitar 200 orang per hari, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Pembangunan objek wisata tersebut atas prakarsa enam warga Desa Adat Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, pada 12 Oktober 2007. Hingga saat ini pengelolaannya di bawah tanggung jawab Kelompok Masyarakat Pengelola Wisata Alam Angseri dengan membentuk CV sebagai badan hukum resmi.
Air panas tersebut bersumber dari Gunung Batukaru yang kemudian oleh masyarakat sekitar ditampung dalam sebuah kolam. Sejak lima tahun yang lalu, masyarakat Desa Adat Angseri bergotong-royong membangun satu kolam khusus anak-anak dan enam unit kolam dalam bilik tertutup.
"Selama ini wisatawan enggan datang kemari karena jalannya rusak. Hampir semua wisatawan yang datang kemari mengeluhkan kondisi jalan," kata I Wayan Mangok selaku petugas loket objek wisata itu.
Ia menduga kerusakan jalan desa itu akibat kualitas aspalnya buruk, selain juga sering dilewati oleh truk pengangkut bambu dan hasil kebun lainnya.
"Pihak pengelola sudah lama melaporkan kerusakan jalan ini, tapi sampai sekarang belum ada tanggapan dari pemerintah," kata I Wayan Sudita selaku petugas parkir objek wisata itu menambahkan.(M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012