Tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) Pusat Kedokteran dan Kesehatan RS Polri dr Soekanto di Kramat Jati, Jakarta Timur, hingga Selasa sore telah menerima 72 kantong jenazah dan 11 kantong properti diduga berhubungan dengan kecelakaan pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ-182.
RS Polri juga menerima 111 sampel DNA dari keluarga korban insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air nomor registrasi PK-CLC yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu lalu itu.
"Dilakukan tindakan-tindakan disesuaikan dengan kegiatan identifikasi, kegiatan verifikasi dan validasi dari data yang dilaksanakan dengan keakuratan, ketelitian sehingga betul-betul hasil identifikasi dapat dipertanggungjawabkan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Rusdi Hartono, dalam jumpa pers di RS Polri, Jakarta, Selasa.
Baca juga: Tim DVI Polda Bali ambil sampel DNA keluarga pramugari Sriwijaya
Sebanyak tiga korban kembali teridentifikasi dari empat kantong jenazah yang diterima RS Polri, yakni co-pilot Fadly Satrianto dan dua penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 bernama Khazanah dan Ash Habul Yamin.
Korban teridentifikasi dari sidik jari yang dicocokkan dengan data dari KTP elektronik. Sehari sebelumnya jenazah seorang kru pesawat bernama Okky Bisma pun teridentifikasi dari sidik jari.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ 182, rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada pukul 14.40 WIB Sabtu (9/1). Akhirnya diketahui dia kemudian jatuh di perairan Kepulauan Seribu, di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing B-737-524 itu hilang kontak di posisi 11 mil laut di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11.000 kaki di atas permukaan laut dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Baca juga: Kotak hitam Sriwijaya Air SJ-182 ditemukan
Pesawat lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada pukul 14.36 WIB. Jadwal itu mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya pada pukul 13.35 WIB, karena faktor cuaca.
Berdasarkan data, pesawat terbang yang diproduksi pada 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang, pilot-kopilot dan awak kabin. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
RS Polri juga menerima 111 sampel DNA dari keluarga korban insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air nomor registrasi PK-CLC yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu lalu itu.
"Dilakukan tindakan-tindakan disesuaikan dengan kegiatan identifikasi, kegiatan verifikasi dan validasi dari data yang dilaksanakan dengan keakuratan, ketelitian sehingga betul-betul hasil identifikasi dapat dipertanggungjawabkan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Rusdi Hartono, dalam jumpa pers di RS Polri, Jakarta, Selasa.
Baca juga: Tim DVI Polda Bali ambil sampel DNA keluarga pramugari Sriwijaya
Sebanyak tiga korban kembali teridentifikasi dari empat kantong jenazah yang diterima RS Polri, yakni co-pilot Fadly Satrianto dan dua penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 bernama Khazanah dan Ash Habul Yamin.
Korban teridentifikasi dari sidik jari yang dicocokkan dengan data dari KTP elektronik. Sehari sebelumnya jenazah seorang kru pesawat bernama Okky Bisma pun teridentifikasi dari sidik jari.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ 182, rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada pukul 14.40 WIB Sabtu (9/1). Akhirnya diketahui dia kemudian jatuh di perairan Kepulauan Seribu, di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing B-737-524 itu hilang kontak di posisi 11 mil laut di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11.000 kaki di atas permukaan laut dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Baca juga: Kotak hitam Sriwijaya Air SJ-182 ditemukan
Pesawat lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada pukul 14.36 WIB. Jadwal itu mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya pada pukul 13.35 WIB, karena faktor cuaca.
Berdasarkan data, pesawat terbang yang diproduksi pada 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang, pilot-kopilot dan awak kabin. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021