Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengharapkan pemerintah daerah segera menyiapkan sejumlah upaya antisipasi terkait pendidikan maupun keterampilan yang dapat diberikan kepada para tenaga kerja yang terdampak pandemi COVID-19.

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik hingga Agustus 2020, dari 2,4 juta lebih tenaga kerja di Bali, penyerapan tenaga kerja tercatat masih didominasi oleh pekerja yang berpendidikan SMP ke bawah sebanyak 1,15 juta orang (47,28 persen)," kata Trisno Nugroho, saat menjadi pembicara dalam acara bertajuk "Quo Vadis Pariwisata Bali" di Denpasar, Sabtu.

Sementara itu, pekerja dengan berpendidikan SMA Umum tercatat sebanyak 529,17 ribu orang (21,84 persen), dan SMA Kejuruan tercatat sebanyak 336,98 ribu orang (13,91 persen).

Kemudian sebanyak 302,54 ribu orang (12,48 persen) berpendidikan Universitas dan 108,93 ribu orang berpendidikan Diploma I/II/III (4,49 persen).

"Dalam kondisi pandemi saat ini yang paling terdampak adalah tenaga kerja yang 'unskill' atau tidak terampil. Di sisi lain, meskipun hanya menggunakan sebagian tenaga kerja, perusahaan maupun industri pariwisata tetap bisa menjalankan operasionalnya," ucapnya pada acara yang digelar Perhimpunan Jurnalis (Pena) NTT-Bali itu.

Baca juga: Wagub Bali: pelaku UMKM bertransformasi digital dapat cepat bangkit

Trisno memperkirakan nanti dalam masa pemulihan setelah pandemi COVID-19 atau ketika vaksin sudah terdistribusi, maka pengusaha akan sangat berhati-hati dalam mengambil tenaga kerja. Apalagi digitalisasi kini sudah menjadi keharusan," ucapnya.

Dengan kondisi demikian, akan menjadi sangat berat bagi tenaga kerja yang keterampilannya kurang dan saat ini sudah dirumahkan untuk kembali bekerja. Terlebih, jika melihat kondisi tenaga kerja di Bali yang mayoritas pendidikan terakhirnya SMP ke bawah.

"Oleh karena itu, mesti disiapkan pendidikan ataupun berbagai pelatihan vokasi sehingga nantinya mereka-mereka itu bisa ditarik kembali atapun membuka usaha sendiri," ucapnya.

Pemerintah daerah, lanjut Trisno, hendaknya dapat menyiapkan sejumlah upaya penguatan SDM Bali supaya pengangguran tidak terus meningkat ataupun peluangnya nanti diambil oleh SDM luar Bali.

Untuk menyiapkan tenaga kerja yang saat ini terdampak COVID-19, kata dia, bisa dengan memanfaatkan program stimulus fiskal dari pemerintah pusat dan juga hibah pariwisata, maupun kartu pra kerja, dengan pemerintah daerah yang memfasilitasi.

"Struktur pekerja di Bali bisa seperti itu (mayoritas pendidikan SMP ke bawah) bisa jadi karena Bali telanjur tergantung dari pariwisata sehingga ketika dapat memperoleh penghasilan dengan berbekal bahasa Inggris saja, lalu enggan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi," katanya.

Baca juga: BI Bali gandeng TNI AL didik jiwa kepemimpinan mahasiswa GenBI

Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati optimistis pariwisata Bali ke depan akan kembali cerah.

"Namun, memang harus diantisipasi jangan sampai kita hanya jadi penonton setelah nanti Bali dibuka untuk wisatawan mancanegara," ucap pria yang akrab dipanggil Cok Ace itu.

Bali yang pada Agustus 2019 tercatat tingkat pengangguran terbuka sebesar 1,57 persen, naik menjadi 5,63 persen pada Agustus 2020. "Bali yang pernah tercatat dengan tingkat pengangguran terendah di Indonesia, kini menjadi di posisi 18," ujarnya.

Cok Ace mengatakan memang harus dilakukan sejumlah upaya antisipasi terkait persoalan sosial yang akan muncul di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia kerja setelah pandemi COVID-19.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020