Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengajak masyarakat di Pulau Dewata untuk meneladani semangat pejuang yang pantang menyerah membela kedaulatan Tanah Air, dalam memaknai peringatan Hari Puputan Margarana.
"Kegiatan ini selain untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada pahlawan, saya mengajak masyarakat agar meneladani semangat pejuang yang pantang menyerah membela kedaulatan Tanah Air," kata Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu saat memimpin rombongan ziarah dan tabur bunga di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Kabupaten Tabanan, Jumat.
Menurut dia, kegitan ziarah tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang bertaruh nyawa dalam peristiwa Puputan Margarana untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Berbeda dari pelaksanaan tahun sebelumnya, peringatan Hari Puputan Margarana tahun ini dilaksanakan secara sederhana di tengah pandemi COVID-19.
Walaupun demikian, kegiatan yang dihadiri jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Bali dan pimpinan OPD Pemprov itu tetap berlangsung khidmat.
Ziarah rombongan dan tabur bunga diawali dengan pembacaan sejarah singkat Perang Puputan Margarana. Puputan Margarana merupakan peristiwa pertempuran habis-habisan Pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai melawan Belanda.
Pertempuran itu berpusat di Desa Marga Dauh Puri, Kabupaten Tabanan pada 20 November 1946 atau tepat 74 tahun silam. Meskipun digempur habis-habisan oleh pasukan Belanda dengan kekuatan penuh dan persenjataan modern, sosok pahlawan I Gusti Ngurah Rai tak menunjukkan rasa gentar dan terus membakar semangat pasukannya.
Oleh karena jumlah pasukan dan persenjataan Belanda yang jauh lebih besar, Pasukan Ciung Wanara terdesak ke wilayah terbuka di area persawahan dan ladang jagung di kawasan Kelaci, Desa Marga. Dalam kondisi terdesak, semangat I Gusti Ngurah Rai tak jua padam. Ia memekikkan kata "puputan" atau bertempur habis-habisan yang membuat pasukannya makin bersemangat.
Dalam pertempuran habis-habisan itulah I Gusti Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur. Ngurah Rai gugur dalam usia 29 tahun dan dimakamkan di Taman Pujaan Bangsa Margarana. Untuk mengenang peristiwa heroik itu, setiap 20 November diperingati sebagai Hari Puputan Margarana.
Usai pembacaan sejarah Puputan Margarana, Wagub Bali dan peserta ziarah lainnya beranjak menuju candi utama yang merupakan lokasi gugurnya Pahlawan I Gusti Ngurah Rai.
Wagub Bali kemudian meletakkan karangan bunga sebagai simbul penghormatan di depan candi utama atau yang juga disebut dengan Candi Pahlawan Margarana.
Prosesi dilanjutkan dengan tabur bunga mengelilingi candi utama dilanjutkan dengan tugu pahlawan lainnya. Total candi pahlawan yang ada di kawasan ini sebanyak 1.372, menggambarkan jumlah pejuang yang gugur di medan perang saat peristiwa Puputan Margarana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Kegiatan ini selain untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada pahlawan, saya mengajak masyarakat agar meneladani semangat pejuang yang pantang menyerah membela kedaulatan Tanah Air," kata Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu saat memimpin rombongan ziarah dan tabur bunga di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Kabupaten Tabanan, Jumat.
Menurut dia, kegitan ziarah tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang bertaruh nyawa dalam peristiwa Puputan Margarana untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Berbeda dari pelaksanaan tahun sebelumnya, peringatan Hari Puputan Margarana tahun ini dilaksanakan secara sederhana di tengah pandemi COVID-19.
Walaupun demikian, kegiatan yang dihadiri jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Bali dan pimpinan OPD Pemprov itu tetap berlangsung khidmat.
Ziarah rombongan dan tabur bunga diawali dengan pembacaan sejarah singkat Perang Puputan Margarana. Puputan Margarana merupakan peristiwa pertempuran habis-habisan Pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai melawan Belanda.
Pertempuran itu berpusat di Desa Marga Dauh Puri, Kabupaten Tabanan pada 20 November 1946 atau tepat 74 tahun silam. Meskipun digempur habis-habisan oleh pasukan Belanda dengan kekuatan penuh dan persenjataan modern, sosok pahlawan I Gusti Ngurah Rai tak menunjukkan rasa gentar dan terus membakar semangat pasukannya.
Oleh karena jumlah pasukan dan persenjataan Belanda yang jauh lebih besar, Pasukan Ciung Wanara terdesak ke wilayah terbuka di area persawahan dan ladang jagung di kawasan Kelaci, Desa Marga. Dalam kondisi terdesak, semangat I Gusti Ngurah Rai tak jua padam. Ia memekikkan kata "puputan" atau bertempur habis-habisan yang membuat pasukannya makin bersemangat.
Dalam pertempuran habis-habisan itulah I Gusti Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur. Ngurah Rai gugur dalam usia 29 tahun dan dimakamkan di Taman Pujaan Bangsa Margarana. Untuk mengenang peristiwa heroik itu, setiap 20 November diperingati sebagai Hari Puputan Margarana.
Usai pembacaan sejarah Puputan Margarana, Wagub Bali dan peserta ziarah lainnya beranjak menuju candi utama yang merupakan lokasi gugurnya Pahlawan I Gusti Ngurah Rai.
Wagub Bali kemudian meletakkan karangan bunga sebagai simbul penghormatan di depan candi utama atau yang juga disebut dengan Candi Pahlawan Margarana.
Prosesi dilanjutkan dengan tabur bunga mengelilingi candi utama dilanjutkan dengan tugu pahlawan lainnya. Total candi pahlawan yang ada di kawasan ini sebanyak 1.372, menggambarkan jumlah pejuang yang gugur di medan perang saat peristiwa Puputan Margarana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020