Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan pemerintah, asosiasi pariwisata dan semua pihak harus kompak dan solid untuk membangkitkan kondisi ekonomi di Pulau Dewata yang terpuruk karena pandemi COVID-19.

"Bali itu punya potensi bagus sehingga kita semua harus optimistis dan pada saatnya akan bangkit. Kita juga sudah berusaha dengan transaksi nirsentuh, sertifikasi CHSE yakni Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment (ramah lingkungan), katanya.

Kemudian, simakrama hingga pengecekan CHSE di seluruh Bali untuk meyakinkan bahwa hotel-hotel di Bali dengan destinasinya siap nanti untuk didatangi wisatawan," kata Trisno Nugroho dalam "Bincang Maya Tourism Industry Post COVID-19, Survival and Revival Strategy, di Denpasar, Jumat.

Dalam Bincang Maya yang diikuti sekitar 600 peserta dari kalangan pariwisata, pemerintah daerah, mahasiswa dan media itu juga menghadirkan narasumber Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati dan pebisnis nasional Sandiaga Uno.

Baca juga: Jubir: Pariwisata-ekraf berpeluang lebih cepat bangkit

Menurut Trisno, karena pandemi COVID-19 itu Bali mengalami kontraksi hingga -10,98 persen pada triwulan II-2020 dan menjadi yang terdalam dibandingkan 33 provinsi lainnya di Tanah Air karena Provinsi Bali sangat tergantung pada sektor-sektor terkait pariwisata dengan kontribusi sekitar 54 persen.

Sektor pariwisata, tentu sangat tergantung pada arus kedatangan wisatawan khususnya wisatawan manca negara. Dengan adanya COVID-19, arus kedatangan wisatawan mancanegara itu sangat kecil, akibatnya sektor pariwisata menjadi terpuruk.

"Kami juga aktif bersama dengan pemerintah daerah dan berbagai asosiasi untuk memikirkan, mengusulkan dan mencari solusi atas upaya-upaya memajukan pariwisata di Bali," ucapnya

Di masa pandemi COVID-19, pihaknya pun turut memberikan solusi mengenai bagaimana strategi bertahan dimasa krisis dan strategi bangkit dari keterpurukan. "Alhamdulillah kami dipercaya menjadi Wakil Ketua Tim Pemulihan Ekonomi Bali," ujar Trisno.

Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Rizki Ernadi Wimanda menambahkan, akibat pandemi COVID-19, pada September 2020 itu rata-rata kunjungan wisman ke Bali yang datang melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai perharinya bahkan hanya 9 orang, padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya perhari sekitar 20.600 wisman.

"Demikian juga untuk wisatawan domestik, hanya sekitar 3.000 orang perhari. Jauh lebih sedikit dibandingkan dalam kondisi normal sekitar 14 ribu wisatawan," ucapnya.

Kondisi perekonomian yang masih lesu ini, lanjut Rizky, diperkirakan belum berakhir dalam waktu dekat. Hal ini dibuktikan oleh beberapa indikator seperti rendahnya tingkat hunian hotel dari rata-rata 65 persen pada tahun 2019 menjadi sekitar tiga persen akhir-akhir ini.

Baca juga: HIPMI Bali: Industri kreatif berpotensi bantu perekonomian

Berdasarkan sejumlah survei yang dilakukan, kondisi pariwisata Bali dan perekonomian Bali pada umumnya juga masih jauh di bawah kondisi normalnya meskipun sudah menunjukkan perbaikan. Survei kegiatan dunia usaha misalnya, menunjukkan adanya sediikit peningkatan di triwulan III tahun 2020 dibandingkan triwulan sebelumnya.

"Berdasarkan fakta ini, kita harus mengambil sejumlah langkah strategis yakni pertama kita masih tetap harus memperhatikan sektor pariwisata sebagai kontributor terbesar pada perekonomian Bali, namun dengan protokol kesehatan yang ketat. "Kami sangat mengapresiasi pemerintah daerah yang sudah memiliki program kerja yang mencakup CHSE," ucapnya.

Kedua, perlu dilakukan refokusing sektor pariwisata dari wisata massal menjadi pariwisata yang berkualitas. Contohnya menjadi wisata bahari (snorkeling dan diving), wisata alam, wisata olahraga, wisata spiritual dan sebagainya.

"Ketiga, kita tingkatkan perhatian pada sektor potensial lain seperti sektor pertanian sebagai sektor kedua terbesar dan sektor yang memberikan lapangan kerja terbesar di Bali. Sektor pertanian sangat heterogen dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah," ujarnya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi (Antaranews Bali/Rhisma/2020)

Stabilitas Makroekonomi

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengatakan Bank Indonesia memandang terjaganya stabilitas makroerekonomi dan sistem keuangan sebagai kunci pemulihan ekonomi domestik.

Dia mengemukakan, yang menjadi fokus perhatian diantaranya kecepatan penyerapan stimulus fiskal, restrukturisasi kredit, efektivitas implementasi protokol kesehatan di normal baru, serta optimalisasi digitalisasi dalam kegiatan ekonomi khususnya pada kegiatan UMKM.

Baca juga: Pemerintah sahkan protokol kesehatan sektor pariwisata

"Sinergi ekspansi moneter Bank Indonesia dengan akselerasi stimulus fiskal pemerintah diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional terus diperkuat," ujarnya.

Strategi menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan diyakini akan mendukung optimisme atas pemulihan ekonomi yang lebih kuat.

"Strategi ini diambil tidak hanya dalam konteks survival (bertahan hidup_ jangka pendek, namun juga memastikan revival (kebangkitan) dari perekonomian kita yang lebih kuat dan berdaya saing. 'Revival' dari perekonomian domestik juga didukung oleh perkembangan digitalisasi di berbagai aspek termasuk kami harapkan dari sektor pariwisata dan UMKM pendukungnya," ujar Rosmaya Hadi.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020