Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan kegiatan Bincang Inklusif Seputar Metadata (BISMA) dengan talkshow secara daring yang mengangkat tema "Solusi Kreatif Industri Film Di masa Adaptasi Kebiasaan Baru" yang membahas kondisi dunia perfilman Indonesia di masa pandemi COVID-19 di Kabupaten Badung, Bali.

"Kemenparekraf/Baparekraf melalui Direktorat Kajian Strategis menyelenggarakan program BISMA sebagai sarana mengumpulkan data pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dan juga sebagai sarana untuk nerbagi pengetahuan antar dan kepada pelaku yang terdata," ujar Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Wawan Rusiawan dalam keterangan yang diterima Kamis.

Ia mengatakan, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menginspirasi para pelaku industri kreatif dan masyarakat agar dapat terus merawat kebersamaan dan saling berbagi terkait pengalaman yang dimiliki.

"Kami terus ingin melanjutkan kegiatan ini karena penting untuk kita bisa bagaimana menyikapi dan juga melewati masa pandemi ini menjadi sebuah kolaborasi yang menarik dan erat antara kami di pemerintah dengan pelaku usaha, ini menjadi hal yang sangat penting," katanya.

Wawan Rusiawan menambahkan, pihaknya juga berharap selama masa pandemi COVID-19 para pelaku ekonomi kreatif termasuk di bidang perfilman dan pariwisata agar dapat terus menjaga stamina, membuat inovasi-inovasi baru dan terus berkreasi.

"Intinya tidak ada kata untuk tidak terus berkarya dalam kondisi seperti ini. Kami ingin selalu bersama dengan para pelaku untuk bisa terus berkarya," ungkapnya.

Baca juga: Film "Memargi Antar" dari Klungkung raih "Most Watched Film Globally"

Sementara itu, aktor Christian Sugiono mengatakan, proses produksi film di tengah masa pandemi COVID-19 mengalami sejumlah kendala dan penyesuaian karena proses produksi film harus melibatkan banyak orang dengan jangka waktu yang cukup panjang.

"Kami sebagai pelaku memahami situasi ini. Dari pemain dan produser juga sadar tentunya bahwa harus stop dulu. Karena produksi mengumpulkan banyak orang sedangkan itu yang harus kami hindari sekarang," katanya.

Namun, menurutnya industri perfilman harus tetap berjalan dan mencari cara untuk tetap melanjutkan proses syuting di tengah pandemi COVID-19 dengan berbagai proses penyesuaian selama proses produksi.

Penyesuaian tersebut diantaranya adalah apabila sebelum pandemi COVID-19 pihak-pihak yang terlibat dapat pulang kembali ke tempat tinggalnya namun saat ini mereka harus tinggal di lokasi untuk menjaga proses syuting bisa steril.

"Dari sisi sebuah produksi mungkin dituntut lebih kreatif ketika kita harus syuting dengan melibatkan orang banyak mungkin bisa diakali dengan menggunakan teknik-teknik yang lain mungkin salah satunya bisa diakali dengan green screen. Bisa syuting hanya di studio dengan kru yang tidak terlalu banyak, itu akan membuat semuanya lebih aman," ujarnya.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020