Komisi VI DPR RI melakukan rapat bersama Kementerian BUMN dan sejumlah direksi BUMN dengan agenda pembahasan antara lain upaya pemulihan sektor perekonomian dan pariwisata di Provinsi Bali yang terdampak pandemi COVID-19.
"Kami menyoroti Bali ini karena lebih dari dua kali lipat minusnya dari pertumbuhan nasional, sehingga skenarionya memang harus ekstra luar biasa ke depannya. Saya meminta BUMN-BUMN segera membuat skenario yang lebih panjang," ujar Wakil Ketua Komisi VI DPR Gde Sumarjaya Linggih di Kabupaten Badung, Bali, Kamis.
Ia mengatakan dalam rapat tersebut jajaran direksi BUMN berkomitmen membantu pemulihan Bali, karena menilai dampak akibat penurunan pariwisata Bali sangat luas seperti sektor kerajinan, baik dari dalam maupun luar wilayah Bali.
"Kerajinan dampaknya tidak hanya perajin Bali, banyak juga perajin dari Sumatera, Jawa Barat, NTT, NTB, itu semua ternyata pasarnya adalah di Bali untuk mencapai ekspor," katanya.
Gde Sumarjaya menjelaskan dalam jangka pendek sejumlah BUMN memiliki rencana membantu pemulihan Bali seperti melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN), termasuk relaksasi kredit.
Baca juga: Komisi VI DPR lakukan kunker ke Bali serap aspirasi di tengah COVID-19
"Kami minta program PEN untuk Bali lebih diperbesar karena kondisi terpuruknya dua kali lipat daripada yang lain," katanya.
Dalam rapat tersebut, sejumlah BUMN yang hadir antara lain PT Pertamina, PT PLN, PT Bank Mandiri, PT Permodalan Nasional Madani, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Pelindo III.
Selain membahas pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi di Bali, Gde Sumarjaya menambahkan, pihaknya juga menyoroti program blue sky dan green energy yang dilakukan PLN dan Pertamina.
"Kami minta segera disiapkan infrastruktur untuk kendaraan berbasis listrik dan kami juga harapkan untuk terus meningkatkan pemakaian energi terbarukan seperti surya. Kami minta karena Bali merupakan destinasi pariwisata internasional, maka Bali bisa lebih cepat mendapatkan itu dan dapat menjadi pilot project green energy dan blue sky," ujarnya.
Baca juga: Ketua DPR serap keluhan perajin tenun di Gianyar-Bali
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Kami menyoroti Bali ini karena lebih dari dua kali lipat minusnya dari pertumbuhan nasional, sehingga skenarionya memang harus ekstra luar biasa ke depannya. Saya meminta BUMN-BUMN segera membuat skenario yang lebih panjang," ujar Wakil Ketua Komisi VI DPR Gde Sumarjaya Linggih di Kabupaten Badung, Bali, Kamis.
Ia mengatakan dalam rapat tersebut jajaran direksi BUMN berkomitmen membantu pemulihan Bali, karena menilai dampak akibat penurunan pariwisata Bali sangat luas seperti sektor kerajinan, baik dari dalam maupun luar wilayah Bali.
"Kerajinan dampaknya tidak hanya perajin Bali, banyak juga perajin dari Sumatera, Jawa Barat, NTT, NTB, itu semua ternyata pasarnya adalah di Bali untuk mencapai ekspor," katanya.
Gde Sumarjaya menjelaskan dalam jangka pendek sejumlah BUMN memiliki rencana membantu pemulihan Bali seperti melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN), termasuk relaksasi kredit.
Baca juga: Komisi VI DPR lakukan kunker ke Bali serap aspirasi di tengah COVID-19
"Kami minta program PEN untuk Bali lebih diperbesar karena kondisi terpuruknya dua kali lipat daripada yang lain," katanya.
Dalam rapat tersebut, sejumlah BUMN yang hadir antara lain PT Pertamina, PT PLN, PT Bank Mandiri, PT Permodalan Nasional Madani, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Pelindo III.
Selain membahas pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi di Bali, Gde Sumarjaya menambahkan, pihaknya juga menyoroti program blue sky dan green energy yang dilakukan PLN dan Pertamina.
"Kami minta segera disiapkan infrastruktur untuk kendaraan berbasis listrik dan kami juga harapkan untuk terus meningkatkan pemakaian energi terbarukan seperti surya. Kami minta karena Bali merupakan destinasi pariwisata internasional, maka Bali bisa lebih cepat mendapatkan itu dan dapat menjadi pilot project green energy dan blue sky," ujarnya.
Baca juga: Ketua DPR serap keluhan perajin tenun di Gianyar-Bali
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020