Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana memastikan kepariwisataan daerah setempat ke depannya pasca-pandemi COVID-19 akan berbasiskan kualitas, dengan tidak mengesampingkan kuantitas.

"Memang saat ini pemerintah tidak bisa memprediksi kapan pariwisata mancanegara akan kembali dibuka, karena masih melihat perkembangan kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri," kata Wagub Bali saat menjadi narasumber dalam Webinar Series 4 "World Tourism Day 2020" yang bertajuk New Era Tourism Order, di Denpasar, Sabtu.

Oleh karena itu, pihaknya saat ini sedang gencar meminta industri pariwisata untuk mempersiapkan protokol kesehatan secara matang pada setiap destinasi wisata yang ada di Bali.

"Kami pastikan, ke depan pariwisata Bali akan mengarah pada pariwisata berbasis kualitas, namun dengan tidak mengesampingkan kuantitas, diharapkan kualitas dan kuantitas bisa berjalan beriringan," ucapnya pada acara yang digelar oleh Institut Pariwisata Bali (IPB) Internasional itu.

Pria yang akrab dipanggil Cok Ace itu mengatakan dukungan masyarakat juga tidak kalah pentingnya. Masyarakat harus bisa menunjukkan kepada dunia luar bahwa penerapan protokol kesehatan di masyarakat dilakukan secara disiplin.

"Pulau Bali telah mendapat tempat tersendiri di mata industri pariwisata internasional. Keunikan pariwisata budaya Bali telah menarik perhatian dunia internaisional dan hal tersebut dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Bali, meskipun sedang dilanda pandemi COVID-19 Pulau Bali masih dipercaya sebagai destinasi favorit wisatawan mancanegara," ucapnya.

Baca juga: Wagub Bali harapkan IHGMA jadi pelopor cetak SDM profesional di bidang pariwisata

Namun, pandemi COVID-19 membawa dampak yang signifikan bagi semua aspek kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya. Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I tahun 2020 minus 1,14 persen sedangkan pada triwulan II tahun 2020 perekonomian Bali menurun lebih dalam hingga minus 10,98 persen.

"Pertumbuhan yang lambat ini disebabkan oleh penurunan tajam pendapatan dari sektor utama Bali yaitu pariwisata. Jumlah wisatawan mancanegara di Bali telah menurun sejak awal pandemi hingga 99,97 persen pada Mei 2020," ujar Cok Ace.

Dia menambahkan, Bali mengalami kerugian sekitar Rp9,7 triliun setiap bulan dari sektor pariwisata saja. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, per 25 Mei 2020, sebanyak 71.313 tenaga kerja sektor formal di-PHK dan 2.570 orang kehilangan pekerjaan.

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan penurunan konsumsi dan produksi produk kreatif dan berdampak negatif pada 98 persen pekerja industri kreatif.

"Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada industri kreatif khususnya bagi UMKM melalui dukungan regulasi seperti Pergub No 79/2018 dan Pergub No 99/2018 yang ditujukan untuk mendukung penggunaan dan konsumsi produk lokal Bali.

Baca juga: Pelaku pariwisata sepakat protokol kesehatan jadi "harga mati"

Selain itu, saat terjadi pandemi, pemerintah juga mempermudah proses perizinan dan perizinan investasi di Bali guna mendongkrak perekonomian.

"Di sisi lain, peningkatan SDM industri kreatif dilakukan melalui serangkaian pelatihan dan workshop sesuai dengan bidang yang dikembangkan masing-masing (kuliner, seni, fashion, dll). Jika kualitas sumber daya manusia kita ditingkatkan, maka produk kreatif juga akan jauh lebih baik dan memiliki nilai tambah yang lebih baik," kata pria yang juga Ketua PHRI Bali itu.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020