Dokter Rumah Sakit Akademik UGM Mahatma Sotya Bawono menegaskan bahwa masker scuba tidak efektif untuk memberikan perlindungan dari penularan virus corona penyebab COVID-19.
"Masker scuba memiliki efektifitas paling kecil hanya sekitar 0 sampai 5 persen sehingga tidak cukup untuk proteksi," kata dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan, kepala, dan leheritu dalam keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Jumat.
Pemakaian masker scuba, lanjut dia, kurang efektif melindungi area hidung dan mulut penggunanya dari kontak dengan percikan, tetesan, maupun partikel yang mungkin terpapar virus corona.
Oleh sebab itu, Mahatma tidak menyarankan pemakaian masker scuba sebagai alat pelindung dari penularan virus corona.
"Tidak disarankan pakai scuba atau buff masker karena kemampuan filter sangat kecil. Masyarakat disarankan memakai masker kain tiga lapis yang memiliki efektivitas penyaringan partikel 50-70 persen," tutur dia yang akrab disapa Boni ini.
Baca juga: Presiden: Pemakaian masker wujud disiplin nasional
Masker scuba, lanjutnya, dibuat dari bahan tipis elastis yang hanya terdiri dari satu lapisan kain. Selain itu, bahan yang elastis menjadikan masker memiliki kecenderungan menjadi longgar saat dipakai.
"Bahannya elastis sehingga serat atau pori-pori masker jadi longgar atau membesar. Jadi meski pakai scuba berlapis-lapis akan sia-sia karena bahannya melar," kata dia.
Ia menyampaikan penggunaan masker kain tiga lapis akan membantu mengurangi penularan virus corona dari orang ke orang.
Guna mencegah penyebaran virus corona, dia meminta masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Baca juga: COVID-19 dalam "protokol" sosok Bu Tedjo
Selain menggunakan masker dari bahan yang tepat dan cara pemakaian yang benar, menurut dia, masyarakat diharapkan tetap menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjalani pola hidup bersih dan sehat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Masker scuba memiliki efektifitas paling kecil hanya sekitar 0 sampai 5 persen sehingga tidak cukup untuk proteksi," kata dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan, kepala, dan leheritu dalam keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Jumat.
Pemakaian masker scuba, lanjut dia, kurang efektif melindungi area hidung dan mulut penggunanya dari kontak dengan percikan, tetesan, maupun partikel yang mungkin terpapar virus corona.
Oleh sebab itu, Mahatma tidak menyarankan pemakaian masker scuba sebagai alat pelindung dari penularan virus corona.
"Tidak disarankan pakai scuba atau buff masker karena kemampuan filter sangat kecil. Masyarakat disarankan memakai masker kain tiga lapis yang memiliki efektivitas penyaringan partikel 50-70 persen," tutur dia yang akrab disapa Boni ini.
Baca juga: Presiden: Pemakaian masker wujud disiplin nasional
Masker scuba, lanjutnya, dibuat dari bahan tipis elastis yang hanya terdiri dari satu lapisan kain. Selain itu, bahan yang elastis menjadikan masker memiliki kecenderungan menjadi longgar saat dipakai.
"Bahannya elastis sehingga serat atau pori-pori masker jadi longgar atau membesar. Jadi meski pakai scuba berlapis-lapis akan sia-sia karena bahannya melar," kata dia.
Ia menyampaikan penggunaan masker kain tiga lapis akan membantu mengurangi penularan virus corona dari orang ke orang.
Guna mencegah penyebaran virus corona, dia meminta masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Baca juga: COVID-19 dalam "protokol" sosok Bu Tedjo
Selain menggunakan masker dari bahan yang tepat dan cara pemakaian yang benar, menurut dia, masyarakat diharapkan tetap menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjalani pola hidup bersih dan sehat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020