Denpasar (Antara Bali) - Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali menyebutkan serangan serangga Tomcat ke wilayah pemukiman diduga karena rusaknya ekosistem lingkungan.

"Kemungkinan habitat hidup Tomcat mulai rusak dan berkurang, karena yang dulunya belantara sawah, kini berubah menjadi daerah pemukiman," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Made Putra Suryawan di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, yang menjadi predator Tomcat, seperti cecak dan tokek keberadaannya semakin berkurang karena ditangkap atau diburu oleh warga.

"Serangga Tomcat sebenarnya tidak berbahaya. Jika sampai tertepuk dan terkena cairan racunnya, kulit yang terkena langsung dicuci sampai bersih, agar sampai tidak gatal," katanya.

Ia mengatakan, racun serangga Tomcat biasanya akan bereaksi 12 hingga 36 jam setelah terkena cairan racunnya," kata Putra Suryawan.

Banyaknya Tomcat yang masuk ke permukiman, kata dia, karena serangga tersebut sangat menyukai cahaya lampu. Selain itu, permukiman yang ada saat ini letaknya sangat dekat dengan sawah atau dibangun di bekas lahan sawah yang sudah beralih fungsi.(LHS)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012