Komisi Pemilihan Umum Kota Denpasar menginginkan penyampaian pesan-pesan dan regulasi pilkada menjadi hal yang lebih menarik dan enak dilihat publik sehingga dapat meningkatkan partisipasi pemilih pada pilkada serentak 9 Desember mendatang.
"Kadang kami kesulitan untuk menerjemahkan atau menyampaikan pesan yang regulatif menjadi enak dilihat dan tanpa sadar orang terpengaruh," kata Ketua KPU Kota Denpasar I Wayan Arsa Jaya dalam acara diskusi bersama para awak media di Denpasar, Rabu.
Tantangan berikutnya, lanjut dia, seringkali tokoh-tokoh politik juga menyampaikan hal-hal negatif mengenai politik, yang pada akhirnya berdampak menyebabkan pemilih menjadi apatis terhadap pilkada.
"Hal seperti ini menjadi kontraproduktif dan menjadi tantangan bagi kami dalam menyosialisasikan Pilwali Denpasar kepada masyarakat," ucapnya.
Oleh karena itu, Arsa Jaya mengharapkan insan media untuk turut mengedukasi pemilih mengenai pentingnya partisipasi mereka dalam suksesi kepemimpinan daerah lima tahunan ini.
"Kami sangat mengapresiasi bantuan dan peran rekan-rekan media selama ini karena sesungguhnya menyukseskan pilkada ini menjadi tanggung jawab bersama, tidak saja menjadi tanggung jawab penyelenggara pemilu semata," ucapnya.
KPU Denpasar sejauh ini telah menggunakan berbagai kanal media sosial seperti Instagram dan YouTube untuk memasifkan informasi dan tahapan pilkada kepada masyarakat Kota Denpasar.
Dengan kondisi Kota Denpasar yang tidak ada daerah "blank spot", menurut Arsa Jaya merupakan potensi besar untuk menyampaikan pesan atau ajakan pilkada dengan menggunakan media sosial atau secara daring.
Baca juga: Pemkot Denpasar-KPU sosialisasikan Pemilu Serentak 2020
Sementara itu, akademisi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Udayana Dr Ni Made Ras Amanda Gelgel itu mengingatkan kepada jajaran penyelenggara pemilu jangan sampai gara-gara untuk menarik simpati pemilih lalu membuat informasi yang kontennya heboh, tetapi malah pesan yang diinginkan tidak sampai.
"Kalau hanya mau sekadar viral itu gampang, tetapi KPU tentu harus tetap mempunyai wibawa dan etika. Jangan sampai hanya mengejar viral, lalu informasi yang disampaikan itu sumir," ucap akademisi yang juga mantan jurnalis itu.
Menurut Ras Amanda, KPU dapat juga menggandeng tim-tim kreatif sehingga dapat mendesain informasi-informasi yang menarik tetapi tidak salah fokus, karena bagaimanapun setiap generasi itu kesukaannya berbeda-beda dalam mengakses informasi.
"Yang tidak kalah penting informasi yang disampaikan melalui media sosial itu waktunya harus konsisten serta komunikatif dengan merespons apa yang menjadi pertanyaan publik," ujarnya sembari mengatakan tetap penting juga menggunakan sarana komunikasi di luar ruang karena tidak semua pemilih memiliki kuota internet.
Pada kesempatan tersebut juga menghadirkan narasumber Ketua KPU Provinsi Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan dan Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Publik, Diskominfos Kota Denpasar Gde Wirakusuma Wahyudi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Kadang kami kesulitan untuk menerjemahkan atau menyampaikan pesan yang regulatif menjadi enak dilihat dan tanpa sadar orang terpengaruh," kata Ketua KPU Kota Denpasar I Wayan Arsa Jaya dalam acara diskusi bersama para awak media di Denpasar, Rabu.
Tantangan berikutnya, lanjut dia, seringkali tokoh-tokoh politik juga menyampaikan hal-hal negatif mengenai politik, yang pada akhirnya berdampak menyebabkan pemilih menjadi apatis terhadap pilkada.
"Hal seperti ini menjadi kontraproduktif dan menjadi tantangan bagi kami dalam menyosialisasikan Pilwali Denpasar kepada masyarakat," ucapnya.
Oleh karena itu, Arsa Jaya mengharapkan insan media untuk turut mengedukasi pemilih mengenai pentingnya partisipasi mereka dalam suksesi kepemimpinan daerah lima tahunan ini.
"Kami sangat mengapresiasi bantuan dan peran rekan-rekan media selama ini karena sesungguhnya menyukseskan pilkada ini menjadi tanggung jawab bersama, tidak saja menjadi tanggung jawab penyelenggara pemilu semata," ucapnya.
KPU Denpasar sejauh ini telah menggunakan berbagai kanal media sosial seperti Instagram dan YouTube untuk memasifkan informasi dan tahapan pilkada kepada masyarakat Kota Denpasar.
Dengan kondisi Kota Denpasar yang tidak ada daerah "blank spot", menurut Arsa Jaya merupakan potensi besar untuk menyampaikan pesan atau ajakan pilkada dengan menggunakan media sosial atau secara daring.
Baca juga: Pemkot Denpasar-KPU sosialisasikan Pemilu Serentak 2020
Sementara itu, akademisi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Udayana Dr Ni Made Ras Amanda Gelgel itu mengingatkan kepada jajaran penyelenggara pemilu jangan sampai gara-gara untuk menarik simpati pemilih lalu membuat informasi yang kontennya heboh, tetapi malah pesan yang diinginkan tidak sampai.
"Kalau hanya mau sekadar viral itu gampang, tetapi KPU tentu harus tetap mempunyai wibawa dan etika. Jangan sampai hanya mengejar viral, lalu informasi yang disampaikan itu sumir," ucap akademisi yang juga mantan jurnalis itu.
Menurut Ras Amanda, KPU dapat juga menggandeng tim-tim kreatif sehingga dapat mendesain informasi-informasi yang menarik tetapi tidak salah fokus, karena bagaimanapun setiap generasi itu kesukaannya berbeda-beda dalam mengakses informasi.
"Yang tidak kalah penting informasi yang disampaikan melalui media sosial itu waktunya harus konsisten serta komunikatif dengan merespons apa yang menjadi pertanyaan publik," ujarnya sembari mengatakan tetap penting juga menggunakan sarana komunikasi di luar ruang karena tidak semua pemilih memiliki kuota internet.
Pada kesempatan tersebut juga menghadirkan narasumber Ketua KPU Provinsi Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan dan Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Publik, Diskominfos Kota Denpasar Gde Wirakusuma Wahyudi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020