Semarang (Antara Bali) - Dalang cilik Sindu Linguistika memeriahkan pergelaran wayang kulit di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jumat, membawakan lakon "Bambang Ekalaya" berkolaborasi dengan sang ayah, Ki Widodo.
Sindu (11) tampak tak mau kalah memamerkan kebolehannya memainkan wayang pada pergelaran dalam rangka tasyakuran gedung baru Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes.
Pergelaran wayang kulit yang menceritakan pemuda bernama Ekalaya yang berjuang untuk bisa berguru di Perguruan Sokalima di bawah Durna itu, diawali dengan percakapan singkat Ki Widodo dengan seorang mahasiswi asing.
Mahasiswi asal Polandia bernama Hanna yang tengah belajar budaya Jawa di Unnes itu sempat dites berdialog dengan bahasa Jawa, seperti pertanyaan nama dari sang dalang yang dijawab "Nami kula (Nama saya) Hanna,".
"Bocah saka ngendi kowe (Dari mana asalmu)?" tanya sang dalang kepada mahasiswi itu yang dijawab, meski agak kaku "Kula saking Polandia,". Hanna adalah satu di antara 13 mahasiswa asing yang tengah belajar di Unnes.
Menurut Pembantu Dekan I FBS Unnes, Agus Yuwono, pergelaran wayang itu memang dimaksudkan sebagai salah satu upaya konservasi budaya tradisional, mengingat konservasi tak sebatas pelestarian alam secara fisik.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Sindu (11) tampak tak mau kalah memamerkan kebolehannya memainkan wayang pada pergelaran dalam rangka tasyakuran gedung baru Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes.
Pergelaran wayang kulit yang menceritakan pemuda bernama Ekalaya yang berjuang untuk bisa berguru di Perguruan Sokalima di bawah Durna itu, diawali dengan percakapan singkat Ki Widodo dengan seorang mahasiswi asing.
Mahasiswi asal Polandia bernama Hanna yang tengah belajar budaya Jawa di Unnes itu sempat dites berdialog dengan bahasa Jawa, seperti pertanyaan nama dari sang dalang yang dijawab "Nami kula (Nama saya) Hanna,".
"Bocah saka ngendi kowe (Dari mana asalmu)?" tanya sang dalang kepada mahasiswi itu yang dijawab, meski agak kaku "Kula saking Polandia,". Hanna adalah satu di antara 13 mahasiswa asing yang tengah belajar di Unnes.
Menurut Pembantu Dekan I FBS Unnes, Agus Yuwono, pergelaran wayang itu memang dimaksudkan sebagai salah satu upaya konservasi budaya tradisional, mengingat konservasi tak sebatas pelestarian alam secara fisik.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012