Pakar pendidikan Prof Arief Rachman mengatakan nilai etika diperlukan untuk mewujudkan nilai spiritualitas yang dibutuhkan anak.
"Empat nilai etika yang diperlukan anak yakni empati, saling menghormati, bertanggung jawab, dan rekonsiliasi," ujar Arief dalam webinar yang diselenggarakan UNESCO di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan nilai etika tersebut dibutuhkan anak untuk kehidupan mereka dalam meningkatkan perkembangan moral, mental, fisik, dan sosial.
Nilai empati yang merupakan inti dari semua hubungan merupakan kemampuan untuk memahami dan merasakan suka dan duka.
Baca juga: Putri Koster minta Guru PAUD dan TK utamakan pendidikan budi pekerti
"Empati menggabungkan dua penting yakni menganalisa dan bersimpati. Menganalisa dan mengumpulkan fakta tentang masalah, mengamati kondisi, mengidentifikasi permasalahan, dan mengusulkan solusi. Sementara bersimpati hubungan perasaan dengan orang lain," jelas dia.
Rasa hormat dan empati mengarah pada kesadaran yang lebih besar dan tindakan yang didasarkan pada tanggung jawab individu yang mengarah ada keterbukaan untuk rekonsiliasi.
Sementara tanggung jawab bukanlah pilihan, melainkan nilai etika yang mendasar dan perlu ditanamkan pada anak sejak dini.
"Rekonsiliasi merupakan nilai etika karena adanya kecenderungan manusia untuk menyelesaikan perbedaan," tambah dia.
Arief menambahkan empat nilai etika tersebut jika dibangun dengan budaya damai dengan mengimplementasikan hak asasi manusia, mendorong partisipasi secara demokratis dan meningkatkan pemahaman tentang toleransi dan solidaritas melalui informasi dan pengetahuan.
"Kita percaya bahwa perdamaian terjadi bukan karena tidak adanya perang atau bentuk kekerasan lainnya, melainkan melalui penanaman etika pada anak," imbuh Arief.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Empat nilai etika yang diperlukan anak yakni empati, saling menghormati, bertanggung jawab, dan rekonsiliasi," ujar Arief dalam webinar yang diselenggarakan UNESCO di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan nilai etika tersebut dibutuhkan anak untuk kehidupan mereka dalam meningkatkan perkembangan moral, mental, fisik, dan sosial.
Nilai empati yang merupakan inti dari semua hubungan merupakan kemampuan untuk memahami dan merasakan suka dan duka.
Baca juga: Putri Koster minta Guru PAUD dan TK utamakan pendidikan budi pekerti
"Empati menggabungkan dua penting yakni menganalisa dan bersimpati. Menganalisa dan mengumpulkan fakta tentang masalah, mengamati kondisi, mengidentifikasi permasalahan, dan mengusulkan solusi. Sementara bersimpati hubungan perasaan dengan orang lain," jelas dia.
Rasa hormat dan empati mengarah pada kesadaran yang lebih besar dan tindakan yang didasarkan pada tanggung jawab individu yang mengarah ada keterbukaan untuk rekonsiliasi.
Sementara tanggung jawab bukanlah pilihan, melainkan nilai etika yang mendasar dan perlu ditanamkan pada anak sejak dini.
"Rekonsiliasi merupakan nilai etika karena adanya kecenderungan manusia untuk menyelesaikan perbedaan," tambah dia.
Arief menambahkan empat nilai etika tersebut jika dibangun dengan budaya damai dengan mengimplementasikan hak asasi manusia, mendorong partisipasi secara demokratis dan meningkatkan pemahaman tentang toleransi dan solidaritas melalui informasi dan pengetahuan.
"Kita percaya bahwa perdamaian terjadi bukan karena tidak adanya perang atau bentuk kekerasan lainnya, melainkan melalui penanaman etika pada anak," imbuh Arief.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020