Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bali, Trisno Nugroho menganjurkan wisatawan untuk menggunakan cara nontunai lewat "smartphone" dalam segala bentuk transaksi di Bali saat pemberlakuan "Normal Baru" guna mencegah penyebaran COVID-19.
"Bank Indonesia Perwakilan Bali mendukung langkah Pemerintah Indonesia yang akan memberlakukan 'new normal' (Normal Baru) di beberapa provinsi untuk menghidupkan kembali gairah perekonomian," katanya kepada ANTARA di Denpasar, Jumat.
Khusus untuk Bali, apabila pemerintah menerapkan "New Normal", pihaknya mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap munculnya penularan COVID-19, karena sektor pariwisata, hotel, transportasi, darat, laut dan udara akan mulai normal dan wisatawan akan menikmati liburan ke Pulau Bali.
Baca juga: BI: Bali perlu inovasi pariwisata hadapi "Normal Baru"
"Untuk itu, wisatawan yang datang ke Bali dianjurkan menggunakan transaksi dengan cara nontunai melalui smartphone yang dikoneksikan melalui 'Quick Response code Indonesia Standards (QRIS). Cara ini bertujuan mengurangi interaksi dengan manusia ke manusia untuk mencegah penyebaran COVID-19," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Trisno Nugroho menjelaskan perekonomian di Bali mengalami perlambatan pada triwulan pertama dengan angka 1,4 persen, namun pihaknya optimistis pada 2021, ekonomi di Pulau Dewata akan perlahan pulih.
Menurut dia, kunjungan wisman sempat meningkat di Bali pada triwulan I 2020, namun pertumbuhan kunjungan wisman menurun tajam di penghujung triwulan I 2020.
"Hal ini menjadi penyebab kontraksi pada komponen ekspor jasa. Bali merupakan daerah yang paling terdampak dari turunnya kunjungan wisman tersebut," katanya.
Baca juga: BI: Pembatalan MICE dorong perlambatan ekonomi Bali
Ia menambahkan akumulasi "inbound" wisman periode Januari-Maret 2020 mengalami kontraksi sebesar 21,82 persen (yoy) dengan penurunan terdalam pada wisman asal Tiongkok sebesar -64,24 persen (yoy).
"Menyambut new normal, mari kita jaga Bali dengan menjadikannya lebih baik, tidak hanya di mata Indonesia, melainkan juga di mata dunia," katanya.
Oleh karena itu, Bali perlu merumuskan berbagai strategi dan inovasi untuk bisa terus bersaing dengan destinasi wisata lainnya di berbagai negara dalam menghadapi "New Normal/Normal Baru".
"Tren pariwisata diperkirakan akan mengalami perubahan. Pasca-pandemi, wisatawan akan mengedepankan aspek safety, hygene and cleanliness atau yang sering kita sebut sebagai kondisi New Normal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Bank Indonesia Perwakilan Bali mendukung langkah Pemerintah Indonesia yang akan memberlakukan 'new normal' (Normal Baru) di beberapa provinsi untuk menghidupkan kembali gairah perekonomian," katanya kepada ANTARA di Denpasar, Jumat.
Khusus untuk Bali, apabila pemerintah menerapkan "New Normal", pihaknya mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap munculnya penularan COVID-19, karena sektor pariwisata, hotel, transportasi, darat, laut dan udara akan mulai normal dan wisatawan akan menikmati liburan ke Pulau Bali.
Baca juga: BI: Bali perlu inovasi pariwisata hadapi "Normal Baru"
"Untuk itu, wisatawan yang datang ke Bali dianjurkan menggunakan transaksi dengan cara nontunai melalui smartphone yang dikoneksikan melalui 'Quick Response code Indonesia Standards (QRIS). Cara ini bertujuan mengurangi interaksi dengan manusia ke manusia untuk mencegah penyebaran COVID-19," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Trisno Nugroho menjelaskan perekonomian di Bali mengalami perlambatan pada triwulan pertama dengan angka 1,4 persen, namun pihaknya optimistis pada 2021, ekonomi di Pulau Dewata akan perlahan pulih.
Menurut dia, kunjungan wisman sempat meningkat di Bali pada triwulan I 2020, namun pertumbuhan kunjungan wisman menurun tajam di penghujung triwulan I 2020.
"Hal ini menjadi penyebab kontraksi pada komponen ekspor jasa. Bali merupakan daerah yang paling terdampak dari turunnya kunjungan wisman tersebut," katanya.
Baca juga: BI: Pembatalan MICE dorong perlambatan ekonomi Bali
Ia menambahkan akumulasi "inbound" wisman periode Januari-Maret 2020 mengalami kontraksi sebesar 21,82 persen (yoy) dengan penurunan terdalam pada wisman asal Tiongkok sebesar -64,24 persen (yoy).
"Menyambut new normal, mari kita jaga Bali dengan menjadikannya lebih baik, tidak hanya di mata Indonesia, melainkan juga di mata dunia," katanya.
Oleh karena itu, Bali perlu merumuskan berbagai strategi dan inovasi untuk bisa terus bersaing dengan destinasi wisata lainnya di berbagai negara dalam menghadapi "New Normal/Normal Baru".
"Tren pariwisata diperkirakan akan mengalami perubahan. Pasca-pandemi, wisatawan akan mengedepankan aspek safety, hygene and cleanliness atau yang sering kita sebut sebagai kondisi New Normal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020