Ketua tenis Prancis Bernard Guidicelli di Paris, Minggu, mengakui bahwa Roland Garros, yang sudah secara kontroversial diundur empat bulan karena virus corona, kemungkinan digelar tanpa penonton.
Guidicelli, yang mengatakan bahwa Federasi Tenis Prancis (FFT) "tidak menyesal" atas keputusan sepihak memundurkan turnamen Grand Slam lapangan tanah liat itu dari 24 Mei-7 Juni ke 20 September-4 Oktober, menegaskan bahwa semua pilihan masih bisa dibicarakan.
"Kami belum mengesampingkan pilihan apapun. Roland Garros adalah yang utama dan terutama kisah tentang pertandingan dan pemain," katanya kepada Journal du Dimanche dikutip AFP, Minggu.
"Ada turnamen yang mengambil tempat di stadion, dan turnamen pada layar tv.
"Jutaan pemirsa di seluruh dunia sedang menanti. Menyelenggarakan secara tertutup akan memungkinkan bagian dari model bisnis -- hak televisi (yang menyumbang lebih dari sepertiga pendapatan turnamen) -- maju terus. Ini tidak bisa diabaikan."
Baca juga: Osaka beradaptasi jadi orang rumahan selama pandemi
Penyebaran virus corona telah menghentikan semua tenis sejak pertengahan Maret dan belum akan dilanjutkan hingga paling cepat 13 Juli.
Wimbledon sudah dibatalkan untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua.
US Open, yang semula akan diselenggarakan di New York pada 31 Agustus-13 September, juga dipertanyakan dengan keputusannya diperkirakan pada pertengahan Juni.
Hampir 500.000 penonton secara reguler menghadiri Roland Garros setiap tahun.
Namun, indikasi pemikiran seputar edisi 2020 muncul pada Kamis ketika FFT memutuskan mengembalikan semua tiket yang sudah dibeli untuk tanggal semula turnamen alih-alih mengalihkannya.
Guidicelli mengakui bahwa awal dari French Open yang dijadwal ulang bahkan mungkin diundur sepekan lagi untuk dimulai pada 27 September.
Itu akan memungkinkan istirahat dua pekan antara US Open dan Roland Garros.
Baca juga: Andy Murray diprediksi sulit raih gelar juara Grand Slam
"Saya melakukan diskusi rutin dengan Andrea Gaudenzi (presiden ATP), Steve Simon (presiden WTA) dan David Haggerty (kepala ITF) dan panggilan selanjutnya direncanakan pekan depan untuk melihat bagaimana kemajuan kami.
"Kami bekerja sama dengan baik, tapi ini masih agak terlalu dini untuk menentukan jadwal persisnya."
Guidicelli bersikukuh bahwa FFT benar memundurkan turnamen empat bulan karena jumlah kematian akibat virus corona di Prancis mencapai 26.310 pada Sabtu malam.
"Roland Garros adalah mesin penggerak tenis di Prancis, ini lah yang memberi makan para pemain dalam ekosistem kami (pendapatan 260 juta euro, atau 80% dari omset FFT)," tambah Guidicelli, menggambarkan dirinya sebagai "ayah yang baik".
"Kami memikirkan mereka dulu, melindungi mereka. Kami membuat pilihan berani dan hari ini, tidak seorang pun menyesalinya."
"Turnamen tanpa tanggal adalah perahu tanpa kemudi -- kita tidak tahu ke mana kita pergi.
"Kami menempatkan diri kami sejauh mungkin pada kalender, ingin tidak merusak event-event besar, sehingga tidak ada Masters 1000 atau Grand Slam yang akan terpengaruh. Pergiliran event itu tampaknya membuktikan kami benar."
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Guidicelli, yang mengatakan bahwa Federasi Tenis Prancis (FFT) "tidak menyesal" atas keputusan sepihak memundurkan turnamen Grand Slam lapangan tanah liat itu dari 24 Mei-7 Juni ke 20 September-4 Oktober, menegaskan bahwa semua pilihan masih bisa dibicarakan.
"Kami belum mengesampingkan pilihan apapun. Roland Garros adalah yang utama dan terutama kisah tentang pertandingan dan pemain," katanya kepada Journal du Dimanche dikutip AFP, Minggu.
"Ada turnamen yang mengambil tempat di stadion, dan turnamen pada layar tv.
"Jutaan pemirsa di seluruh dunia sedang menanti. Menyelenggarakan secara tertutup akan memungkinkan bagian dari model bisnis -- hak televisi (yang menyumbang lebih dari sepertiga pendapatan turnamen) -- maju terus. Ini tidak bisa diabaikan."
Baca juga: Osaka beradaptasi jadi orang rumahan selama pandemi
Penyebaran virus corona telah menghentikan semua tenis sejak pertengahan Maret dan belum akan dilanjutkan hingga paling cepat 13 Juli.
Wimbledon sudah dibatalkan untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua.
US Open, yang semula akan diselenggarakan di New York pada 31 Agustus-13 September, juga dipertanyakan dengan keputusannya diperkirakan pada pertengahan Juni.
Hampir 500.000 penonton secara reguler menghadiri Roland Garros setiap tahun.
Namun, indikasi pemikiran seputar edisi 2020 muncul pada Kamis ketika FFT memutuskan mengembalikan semua tiket yang sudah dibeli untuk tanggal semula turnamen alih-alih mengalihkannya.
Guidicelli mengakui bahwa awal dari French Open yang dijadwal ulang bahkan mungkin diundur sepekan lagi untuk dimulai pada 27 September.
Itu akan memungkinkan istirahat dua pekan antara US Open dan Roland Garros.
Baca juga: Andy Murray diprediksi sulit raih gelar juara Grand Slam
"Saya melakukan diskusi rutin dengan Andrea Gaudenzi (presiden ATP), Steve Simon (presiden WTA) dan David Haggerty (kepala ITF) dan panggilan selanjutnya direncanakan pekan depan untuk melihat bagaimana kemajuan kami.
"Kami bekerja sama dengan baik, tapi ini masih agak terlalu dini untuk menentukan jadwal persisnya."
Guidicelli bersikukuh bahwa FFT benar memundurkan turnamen empat bulan karena jumlah kematian akibat virus corona di Prancis mencapai 26.310 pada Sabtu malam.
"Roland Garros adalah mesin penggerak tenis di Prancis, ini lah yang memberi makan para pemain dalam ekosistem kami (pendapatan 260 juta euro, atau 80% dari omset FFT)," tambah Guidicelli, menggambarkan dirinya sebagai "ayah yang baik".
"Kami memikirkan mereka dulu, melindungi mereka. Kami membuat pilihan berani dan hari ini, tidak seorang pun menyesalinya."
"Turnamen tanpa tanggal adalah perahu tanpa kemudi -- kita tidak tahu ke mana kita pergi.
"Kami menempatkan diri kami sejauh mungkin pada kalender, ingin tidak merusak event-event besar, sehingga tidak ada Masters 1000 atau Grand Slam yang akan terpengaruh. Pergiliran event itu tampaknya membuktikan kami benar."
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020