Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyebut kontak dekat sebagai faktor utama pertambahan jumlah kasus COVID-19 di Tanah Air.
“Ada kontak dekat yang terjadi dengan kasus ini, sehingga mengakibatkan penularan kemudian memunculkan angka pasien yang menjadi sakit,” kata Yurianto dalam konferensi di Graha BNPB, Jakarta, Jumat.
Jumlah positif COVID-19 di Indonesia meningkat signifikan dari 893 kasus pada Kamis (26/3) menjadi 1.046 kasus pada Jumat pukul 12.00 WIB.
Baca juga: PHK massal akibat krisis wabah COVID-19 bisa 25 juta orang di seluruh dunia
Peningkatan jumlah kasus itu, kata Yuri, menggambarkan masih adanya penularan penyakit di tengah masyarakat.
“Masih ada sumber penyakitnya dan masih ada kontak dekat yang terjadi, sehingga total kasus menjadi 1.046,” ujar dia.
Mencermati hal tersebut, pemerintah mengajak masyarakat untuk bersama-sama memutus rantai penularan virus dengan mematuhi anjuran menjaga jarak aman minimum 1,5 meter.
Karena pada jarak yang kurang dari itu, potensi penularan dari orang satu ke orang lainnya sangat besar---melalui percikan droplets pada saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin kemudian mengenai orang yang sehat.
Baca juga: Jubir COVID-19 Yurianto minta media akurat soal COVID-19
“Mari kita patuhi bersama, hindari kontak dekat. Jaga jarak pada saat melakukan komunikasi sosial dengan siapapun, baik di rumah maupun di luar rumah,” kata Yurianto.
Selain itu, masyarakat juga diimbau mewaspadai benda-benda yang sering digunakan bersama seperti gagang pintu, pegangan tangan di kendaraan angkutan massal, serta pegangan tangga---yang bisa menjadi perantara penularan virus corona.
Lebih lanjut, pemerintah terus mengingatkan masyarakat agar rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan menghindari menyentuh area mata, hidung, serta mulut untuk mengantisipasi penularan virus tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020