Suasana Kota Denpasar, Bali, bagaikan kota tanpa penghuni saat masyarakat di "Pulau Dewata" melaksanakan Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1942 atau 2020, Rabu, karena yang tampak hanya beberapa petugas keamanan adat, pecalang, yang berjaga-jaga di sekitar wilayah masing-masing.

Pewarta ANTARA di Denpasar melaporkan berbagai aktivitas sehari-hari masyarakat Bali dihentikan pada Rabu hingga Kamis (26/3) pukul 06.00 Wita, termasuk di kawasan Kecamatan Denpasar Timur yang masyarakat berdiam di rumah masing-masing untuk ritual Nyepi.

Seorang Pecalang Banjar Kertapala, Made Arik, mengatakan para pecalang akan bertugas dan siaga selama 24 jam di salah satu wilayah di Kota Denpasar itu.

Dalam menjalankan tugas adat itu, pihaknya sebelumnya sudah menerima arahan dan koordinasi dengan petugas keamanan lainnya, antara lain Polri dan TNI.

"Kami bertugas selama pelaksanaan Nyepi untuk menjaga keamanan lingkungan. Memang saat Hari Nyepi pengamanan lebih ketat dibandingkan dengan hari-hari biasa, termasuk juga melakukan patroli di lingkungan sejak pagi hingga besok pagi," ujar Arik.

Baca juga: Nyepi, wisatawan nikmati suasana Bali yang hening

Didampingi Kelian Banjar Kertapala, Wayan Sukanadi bersama sekretaris, I.K. Suparta, ia menjelaskan patroli oleh pecalang lebih ketat akan dilakukan pada Rabu malam, karena semua lampu penerangan jalan dipadamkan, termasuk di rumah-rumah warga.

Hal itu, kata dia, sebagai bentuk implementasi dari pelaksanaan "Catur Brata Penyepian".

Dalam "Catur Brata Penyepian" itu, umat melaksanakan Amati Geni (tidak menyalakan api atau lampu), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelagunan (tidak bersenang-senang atau hiburan).

"Hal itulah tanggung jawab kami selaku pecalang adat untuk siaga berjaga-jaga untuk memberikan keamanan terhadap masyarakat dalam melaksanakan 'Catur Brata Penyepian'," katanya.

Baca juga: "Pembatasan sosial" kembalikan esensi Nyepi


 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020