Pemerintah Provinsi Bali menyiapkan RS Universitas Udayana dan RS Bali Mandara sebagai dua rumah sakit alternatif, jika Pulau Dewata itu dihadapkan pada kemungkinan terburuk lonjakan jumlah pasien yang diduga terjangkit COVID-19.
"Beberapa skema dan skenario sudah disiapkan dengan Dinas Kesehatan, andaikata terjadi dan membutuhkan ruangan di atas 50, atau 100, atau 200 apa yang akan kita lakukan? Yang jelas, kami mempotensikan maksimal ketiga rumah sakit rujukan dulu," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati usai memimpin rapat koordinasi kesiapsiagaan Bali menghadapi ancaman COVID-19 di Denpasar, Selasa.
Pemerintah provinsi setempat sejauh ini sudah menunjuk tiga RS menjadi RS rujukan untuk menangani dan mengisolasi pasien yang dikhawatirkan terjangkit COVID-19 yakni RSUP Sanglah, RSUD Tabanan, dan RS Sanjiwani-Gianyar.
Untuk di RSUP Sanglah idealnya untuk empat ruang isolasi, tetapi masih bisa dikembangkan lagi 14, sedangkan kapasitas di RS Sanjiwani untuk tiga ruang isolasi dan di RSUD Tabanan untuk tujuh tempat tidur.
Baca juga: KKP perketat pengawasan penumpang di Ngurah Rai
"Andaikata kemungkinan terburuk diperlukan memblok satu rumah sakit untuk penanganan masalah corona ini di Bali, itupun akan kami lakukan. Mudah-mudahan tidak terjadi," ucap Wagub yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Dua RS yang disiapkan sebagai RS alternatif untuk menangani pasien terduga COVID-19, yakni untuk RS Universitas Udayana di Jimbaran, Kabupaten Badung, dengan kapasitas untuk 100 pasien dan RS Bali Mandara di Denpasar dengan kapasitas 200 pasien.
Baca juga: Gubernur Bali: jangan panik soal COVID-19
"Ini untuk kemungkinan terburuk. Tetapi, kami berharap dengan kapasitas yang dimiliki di tiga RS rujukan ini sudah cukup karena di RS kabupaten lainnya juga punya tempat isolasi," kata Cok Ace pada rapat koordinasi yang dihadiri Kadis Kesehatan Bali, perwakilan tiga RS rujukan di Bali, Imigrasi, Angkasa Pura, Pelindo dan Otoritas Bandara Ngurah Rai itu.
Dalam kesempatan itu, Cok Ace juga meminta masyarakat tidak terlalu panik dalam menyikapi pemberitaan dua pasien positif COVID-19 di Depok. "Virus corona sebenarnya virus yang mempunyai tingkat kesembuhan sangat tinggi hingga 98 persen dari penderita yang sakit, cuma tingkat penyebarannya paling cepat diantara virus yang lain," ucapnya.
Baca juga: KKP Denpasar siagakan "kapsul evakuasi" di Bandara Bali
Di sisi lain, Cok Ace mengatakan terkait deteksi kesehatan penumpang di Bandara Internasional Ngurah Rai juga sudah dilaksanakan sesuai dengan standar operasional dan prosedur (SOP) yang ada.
"Mekanisme alur penumpang yang memasuki Bali semua sudah mengikuti SOP yang sudah ada. Kalau dulu dilakukan secara tertutup, sekarang dengan cara terbuka sehingga wisatawan merasa nyaman, bahwa pelayanan kesehatan dan kesiapsiagaan di Bali sudah memenuhi ketentuan," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Beberapa skema dan skenario sudah disiapkan dengan Dinas Kesehatan, andaikata terjadi dan membutuhkan ruangan di atas 50, atau 100, atau 200 apa yang akan kita lakukan? Yang jelas, kami mempotensikan maksimal ketiga rumah sakit rujukan dulu," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati usai memimpin rapat koordinasi kesiapsiagaan Bali menghadapi ancaman COVID-19 di Denpasar, Selasa.
Pemerintah provinsi setempat sejauh ini sudah menunjuk tiga RS menjadi RS rujukan untuk menangani dan mengisolasi pasien yang dikhawatirkan terjangkit COVID-19 yakni RSUP Sanglah, RSUD Tabanan, dan RS Sanjiwani-Gianyar.
Untuk di RSUP Sanglah idealnya untuk empat ruang isolasi, tetapi masih bisa dikembangkan lagi 14, sedangkan kapasitas di RS Sanjiwani untuk tiga ruang isolasi dan di RSUD Tabanan untuk tujuh tempat tidur.
Baca juga: KKP perketat pengawasan penumpang di Ngurah Rai
"Andaikata kemungkinan terburuk diperlukan memblok satu rumah sakit untuk penanganan masalah corona ini di Bali, itupun akan kami lakukan. Mudah-mudahan tidak terjadi," ucap Wagub yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Dua RS yang disiapkan sebagai RS alternatif untuk menangani pasien terduga COVID-19, yakni untuk RS Universitas Udayana di Jimbaran, Kabupaten Badung, dengan kapasitas untuk 100 pasien dan RS Bali Mandara di Denpasar dengan kapasitas 200 pasien.
Baca juga: Gubernur Bali: jangan panik soal COVID-19
"Ini untuk kemungkinan terburuk. Tetapi, kami berharap dengan kapasitas yang dimiliki di tiga RS rujukan ini sudah cukup karena di RS kabupaten lainnya juga punya tempat isolasi," kata Cok Ace pada rapat koordinasi yang dihadiri Kadis Kesehatan Bali, perwakilan tiga RS rujukan di Bali, Imigrasi, Angkasa Pura, Pelindo dan Otoritas Bandara Ngurah Rai itu.
Dalam kesempatan itu, Cok Ace juga meminta masyarakat tidak terlalu panik dalam menyikapi pemberitaan dua pasien positif COVID-19 di Depok. "Virus corona sebenarnya virus yang mempunyai tingkat kesembuhan sangat tinggi hingga 98 persen dari penderita yang sakit, cuma tingkat penyebarannya paling cepat diantara virus yang lain," ucapnya.
Baca juga: KKP Denpasar siagakan "kapsul evakuasi" di Bandara Bali
Di sisi lain, Cok Ace mengatakan terkait deteksi kesehatan penumpang di Bandara Internasional Ngurah Rai juga sudah dilaksanakan sesuai dengan standar operasional dan prosedur (SOP) yang ada.
"Mekanisme alur penumpang yang memasuki Bali semua sudah mengikuti SOP yang sudah ada. Kalau dulu dilakukan secara tertutup, sekarang dengan cara terbuka sehingga wisatawan merasa nyaman, bahwa pelayanan kesehatan dan kesiapsiagaan di Bali sudah memenuhi ketentuan," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020