Oleh M. Irfan Ilmie

Dilihat dari sudut pandang mana pun, keindahan panorama Bali boleh dibilang tak ada duanya di jagat raya alam ini. Bali tidak hanya dikenal karena pantai tropisnya yang membuat wisatawan betah berlama-lama menikmati deburan ombak dan taburan butir-butir pasir putih sebagai garis pembatas antara lautan dan daratan.

Sawah, sungai, danau, dan gunung, serta gugusan pulau-pulau kecil turut  melengkapi pesona Bali sebagai pulau kahyangan yang menjadi pertimbangan utama untuk berpelesir.

Lebih dari itu, di bumi Bali telah tertancap kuat akar budaya dan perilaku masyarakat yang patuh terhadap norma agama sehingga tidak mudah goyah oleh terpaan modernisme.

Anugerah berupa keindahan alam dan kepatuhan masyarakat Bali dalam menjalankan perintah agama secara turun-temurun itu setidaknya juga menjadi sumber insipirasi para seniman untuk melahirkan karya cipta dalam bentuk musik, tari, lukisan, dan fotografi.

"Apa pun yang ada di Bali ini selalu indah di mata penggemar foto," kata Anom Manik Agung, seniman fotografi, mengomentari sejumlah karya fotonya yang berlatar belakang panorama dan adat budaya Bali.

"Kalau cuaca di pantai tidak mendukung, maka datang saja ke perkampungan warga atau halaman depan pura. Atau masih kurang puas, pergi ke sawah. Pasti banyak objek menarik untuk dijadikan bidikan,"
ujarnya mengingatkan fotografer pemula agar tidak kehilangan kreativitas dalam menangkap objek bidikan.

Dengan demikian, maka tidak ada alasan bagi penggemar fotografi mengenai keterbatasan objek. Apalagi saat ini peralatan fotografi sudah demikian canggihnya.

Kamera sudah tidak lagi menggunakan film negatif sehingga hasil bidikan sudah dapat ditentukan sendiri sesuai selera sang juru foto terkait komposisi dan kekuatan pencahayaan sebagaimana terdapat dalam sistem digital.

Dunia fotografi pun sudah bisa menjadi pilihan bagi seseorang sejak dini. "Kalau dulu, orang masih berhati-hati memilih profesi juru foto. Sekarang sudah menjadi pilihan hidup dan tidak sekadar hobi,"
kata lulusan Jurusan Seni Rupa dan Disain Grafis Universitas Udayana Denpasar itu.

Anom Manik melihat kalangan anak muda sekarang memang senangnya coba-coba terhadap sesuatu yang baru. Namun setelah coba-coba itu membawa kepuasan batin, mereka pun berniat menggelutinya secara
total.

"Tren dunia fotografi juga begitu. Mereka pertama ikut-ikutan. Namun setelah tertarik, mereka pun berniat serius dengan membeli peralatan yang dibutuhkan. Apalagi memang dunia fotografi ini banyak
tantangan," ujarnya saat ditemui di Puri Artistik Fotografi, galeri foto yang dirintisnya dalam beberapa tahun terakhir ini di Jalan Kecubung Nomor 81 Denpasar itu.

Program editing di layar kristal yang terus berkembang juga makin menantang para fotografer muda untuk terus memperbaiki dan menyempurnakan hasil bidikannya.

"Kalau dulu, hasil jepretan tidak bisa sekaligus dinikmati karena masih butuh proses di kamar gelap dan pencetakan. Sekarang zamannya sudah berbeda. Proses editing boleh jadi menyempurnakan hasil jepretan," kata pria yang menggeluti dunia fotografi terutama untuk objek model dan pengantin sejak 1992 itu.

Oleh sebab itu, dia berpendapat bahwa produsen peralatan fotografilah yang harus menjawab tantangan para penggemar foto. "Pendapat ini jangan dibalik. Semakin berkembang pengetahuan seseorang akan seni fotografi semakin tinggi kebutuhan akan peralatan canggih. Ini yang harus dijawab oleh produsen," kata Wakil Ketua Penggemar Fotografi Bali (PFB) itu.

Tantangan Bagi Produsen
Kebahagiaan tak bisa dihargai dengan uang. Ungkapan itu juga berlaku di dunia fotografi. Berapa pun mahalnya peralatan, seorang penggemar fotografi pasti akan membelinya asalkan peralatan itu mampu memenuhi
kebutuhan estetik sebuah gambar.

Memang tak bisa dimungkiri bahwa era digital menghambat pertumbuhan dunia grafika berbasis percetakan atau "printing". Masyarakat modern sudah meninggalkan media berbentuk kertas dan untuk memenuhi kepuasan indera penglihatannya cukup melalui layar monitor karena lebih efisien.

Akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi penggemar fotografi. "Kalangan ini akan lebih puas melihat hasil bidikannya dicetak di atas kertas atau media lainnya dalam format besar," kata Tjandra Hutama, pengusaha di bidang percetakan dan media luar ruang.

Bahkan menurut dia, semakin canggih mesin percetakan atau printer, maka semakin besar minat penggemar fotografi untuk memilikinya asalkan sesuai dengan selera dan kebutuhan mereka.

Fenomena itu pulalah yang menjadikan persaingan bisnis dunia grafika dalam format besar di Tanah Air semakin ketat. Oleh karena itu, Tjandra beranggapan bahwa harga bukan lagi faktor utama yang menjadi
pertimbangan.

"Orang-orang yang terjun di dunia fotografi sudah siap segalanya. Untuk membeli kamera yang harganya puluhan bahkan ratusan juta saja mampu, apalagi beli printer," kata pemilik Nitimandala Advance
Printing Center di Jalan M Yamin VII Nomor 8, Renon, Denpasar, itu.

Oleh sebab itu, dia mendorong produsen printer, termasuk Canon untuk tidak ragu lagi dalam memasarkan produknya di Indonesia, terutama di Bali yang makin hari makin banyak penggemar fotografinya.

Ia menilai Canon memiliki sejumlah keunggulan, di samping terdapat kelemahan. Namun yang lebih penting adalah Canon harus bisa memanfaatkan dan memanjakan para pengguna kamera merek dengan merek sama dalam mencetak hasil bidikannya.

"Memang kalau untuk produksi percetakan dalam jumlah besar, Canon masih kurang. Akan tetapi, dari segi kualitas printer Canon untuk media berukuran di atas 100 centimeter boleh dibilang tidak ada bandingannya. Hal ini yang paling disukai penggemar fotografi," katanya.

Kreativitas Grafika
Sementara itu, untuk menjawab tantangan tersebut, distributor Canon di Indonesia, PT Datascrip, punya strategi tersendiri.

Datascrip mencoba mengarahkan para penggemar fotografi untuk lebih mendalami usaha percetakan melalui kegiatan pelatihan dan seminar tentang grafika yang diselenggarakan di sejumlah kota di Indonesia
sepanjang tahun 2011.

"Mereka punya hobi dan hasil karya fotografinya juga bagus. Tidak ada salahnya, kalau mereka kami arahkan lebih kreatif lagi di bidang usaha percetakan," kata Manajer Divisi Penjualan PT Datascrip, Bernard Surjanegara, di sela-sela seminar tentang "Maximize Your Creative Photography and Digital Print with Canon Large Format
Printer" di Sanur, Denpasar, 1 Desember 2011.

Menurut dia, percetakan merupakan usaha mandiri yang mudah dalam meraih keuntungan dengan cakupan lahan yang luas, mulai dari laboratorium foto, desain grafis, media periklanan, cetak digital,
hingga tekstil.

"Hal-hal seperti itu merupakan peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan oleh para penggemar fotografi," kata Bernard didampingi Humas Datascrip, Dody Sanjaya.

Untuk mendukung para penggemar fotografi menekuni bisnis percetakan, Canon telah mengeluarkan dua jenis produk berupa mesin cetak ukuran besar, masing-masing iPF8300 untuk mencetak dengan lebar media 111,7
centimeter dan iPF6300 untuk media selebar 60,9 centimeter.

Di dalam mesin cetak itu, produsen elektronik asal Jepang tersebut menanamkan sistem manajemen akuntansi sehingga dapat diketahui biaya produksi untuk setiap kali cetak.

"Dalam sistem tersebut kami memberikan rentang biaya produksi cetak antara Rp7 hingga Rp10 per meter persegi dengan hasil cetakan yang memuaskan. Harga ini juga sangat kompetitif dibandingkan dengan biaya produksi cetak untuk mesin cetak merek lain," katanya.

Dia melihat bahwa selama ini penggemar fotografi selalu tidak puas ketika hasil bidikannya dicetak di atas kertas atau media lainnya.

"Sering kali penggemar fotografi tidak mengerjakan sendiri pencetakan fotonya. Untuk menjawab tantangan mereka agar lebih kreatif lagi, kami sediakan mesin cetak berukuran besar," kata Bernard.

Diluncurkannya dua produk tersebut, lanjut dia, sebagai bagian dari ambisi Datascrip untuk menempatkan mesin cetak Canon pada peringkat pertama penjualan mesin cetak di pasar komputer nasional pada 2012.

"Pada 2005, penjualan kami berada pada peringkat ketiga di bawah HP dan Epson. Kemudian dalam tiga tahun terakhir, posisi kami beranjak ke peringkat dua di bawah HP. Tahun depan kami ingin menduduki
peringkat pertama," katanya.

Untuk mewujudkan ambisinya itu, Datascrip terus mendekati anak muda, khususnya para penggemar fotografi, agar menekuni usaha kreatif di bidang grafika.(M038)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012